search:
|
PinNews

Bahlil Dorong Indonesia Beli Pabrik Pupuk di Luar Negeri Jika Konflik Iran dan Israel Semakin Memanas

Fariz Agung Prasetya/ Selasa, 30 Apr 2024 05:00 WIB
Bahlil Dorong Indonesia Beli Pabrik Pupuk di Luar Negeri Jika Konflik Iran dan Israel Semakin Memanas

Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, bahan baku pupuk harus dibeli dari negara lain, jika harganya mahal dan Indonesia tidak memilikinya. Foto: Instagram@bahlillahadalia


PINUSI.COM - Kondisi yang semakin panas di Timur Tengah, yang ditandai dengan perang antara Iran dan Israel, dikhawatirkan mengganggu distribusi barang global yang dapat mengerek harga.

Pasokan bahan baku pupuk, yang selama ini sebagian diperoleh dari impor, juga dikhawatirkan oleh masalah ini.

Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, bahan baku pupuk harus dibeli dari negara lain, jika harganya mahal dan Indonesia tidak memilikinya.

Menurutnya, akuisisi adalah salah satu cara mendapatkan bahan baku dari luar negeri.

"Kalau saya ditanya pendapat pribadi, saya pikir penting untuk dijadikan alternatif."

"Ketika bahan baku pupuk kita mahal dan kita tidak punya, dan itu kita impor, maka saya pikir tidak ada salahnya kalau itu kemudian dipertimbangkan untuk mendapatkan dari luar, dan caranya paling baik adalah akuisisi," paparnya di kantornya, Jakarta, Senin (29/4/2024).

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan, pihaknya meminta jajaran direksi mempertimbangkan dampak dari memanasnya situasi di Timur Tengah.

"Ketika ada situasi seperti itu saya langsung call ke banyak direksi, harus benar-benar mengantisipasi ya."

"Saya tidak hanya bicara utang jatuh tempo, opex, capex, tapi di situ kalau dilihat juga aksi korporasi saya masukin, karena persaingan di Asia Tenggara ini juga ini biting up, memanas," bebernya.

Memburuknya kondisi geopolitik global akibat konflik Iran-Israel, bisa berdampak buruk dan membebani perusahaan kecil dan menengah, terutama yang bergantung pada bahan baku impor dan memiliki utang luar negeri yang besar dalam dolar AS.

"Itulah kemarin saya warning, bagaimana optimalisasi perusahaan-perusahaan BUMN ini harus benar-benar buka mata dengan situasi ini."

"Kemarin saya telepon itu dirut-dirutnya, bahkan saya WA, supaya mengantisipasi ini, jangan gini lho, karena masing-masing BUMN punya dinamika yang berbeda," terangnya. (*)



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: Fariz Agung Prasetya

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

TERKINI

End of content

No more pages to load