PINUSI.COM - Penyakit flu Singapura, yang juga dikenal dengan nama Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD), tengah menjadi perhatian serius di beberapa wilayah Indonesia.
Kasusnya yang semakin meningkat, terutama setelah momen libur Lebaran, menjadi sorotan utama Kementerian Kesehatan.
Kementerian ini mencatat hampir 6.500 kasus flu Singapura hingga pekan ke-13 tahun 2024.
Hal ini memunculkan kekhawatiran, terutama di kalangan orang tua, karena penyakit ini menyerang anak-anak dengan kekuatan sistem kekebalan tubuh yang masih rendah.
Penyebab Flu Singapura
Flu Singapura disebabkan oleh infeksi virus Coxsackie strain A16.
Virus ini sangat menular, dan mudah menyebar dari satu anak ke anak lainnya, melalui kontak langsung dengan kulit penderita, atau cairan tubuh yang terinfeksi.
Cairan tubuh seperti air liur, lendir hidung, tinja, dan cairan lepuh yang muncul pada kulit penderita, menjadi media penyebaran utama virus ini.
Oleh karena itu, anak-anak yang bermain bersama di tempat-tempat umum seperti rumah saudara, tempat bermain, sekolah, atau tempat penitipan anak, berisiko tinggi tertular flu Singapura.
Gejala Flu Singapura
Gejala penyakit flu Singapura biasanya akan muncul dalam waktu beberapa hari (biasanya 3-6 hari), setelah anak terpapar virus Coxsackie strain A16.
Gejala yang paling khas dari flu Singapura adalah munculnya luka lepuh di mulut.
Namun, selain itu, berikut ini beberapa gejala lain yang sering ditimbulkan:
1. Demam Tinggi: Anak mungkin mengalami demam tinggi selama 1-3 hari.
2. Sakit Tenggorokan: Anak juga dapat merasakan sakit tenggorokan yang menyebabkan kesulitan menelan makanan atau minuman.
3. Pilek dan Hidung Tersumbat: Gejala pilek dan hidung tersumbat juga sering muncul pada anak yang terinfeksi flu Singapura.
4. Sakit Perut: Anak bisa merasakan sakit perut yang tidak nyaman.
5. Luka Lepuh di Mulut: Luka lepuh yang muncul di mulut membuat anak kesulitan makan dan minum.
6. Bintik Merah dan Ruam: Bintik merah dapat muncul di lidah, gusi, di dalam pipi, tangan, kaki, dan bokong.
Bintik ini kemudian bisa berubah menjadi lepuh yang menimbulkan rasa sakit.
Ruam dengan warna merah dan sisik cokelat juga bisa muncul di sekitar bintik-bintik tersebut.
7. Penurunan Nafsu Makan: Akibat sakit tenggorokan dan luka lepuh di mulut, anak bisa mengalami penurunan nafsu makan.
Anak-anak yang terkena flu Singapura memerlukan perhatian khusus dari orang tua atau pengasuhnya.
Selain memberikan perawatan untuk meredakan gejala seperti demam dan sakit tenggorokan, penting juga untuk memastikan anak mendapatkan cukup cairan dan nutrisi yang dibutuhkan tubuhnya.
Orang tua juga perlu memastikan anak tetap terisolasi selama masa penyembuhan, untuk mencegah penyebaran virus kepada orang lain, terutama kepada anak lain yang rentan terinfeksi.
Upaya Pencegahan dan Tindakan Yang Dapat Dilakukan
Untuk mencegah penyebaran flu Singapura, ada beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil, antara lain:
1. Mencuci Tangan: Anak-anak perlu diajarkan untuk mencuci tangan secara teratur, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menggunakan toilet, dan setelah bermain di tempat-tempat umum.
2. Hindari Kontak dengan Orang yang Sakit: Anak-anak sebaiknya dihindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit, terutama jika orang tersebut mengalami gejala flu Singapura.
3. Menjaga Kebersihan Lingkungan: Pastikan lingkungan tempat anak bermain atau beraktivitas, bersih dan terjaga kebersihannya.
4. Menjaga Kekebalan Tubuh: Pastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang dan cukup istirahat, untuk menjaga kekebalan tubuhnya.
Dengan kesadaran akan penyebab dan gejala flu Singapura serta upaya pencegahan yang tepat, diharapkan penyakit ini dapat ditekan, dan anak-anak dapat terhindar dari risiko terinfeksi.
Oleh karena itu, penting bagi ibu-ibu dan semua orang tua untuk memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan anak-anak mereka. (*)