search:
|
PinNews

'Matahari Papua' Pukau Sudirman Said: Potensi Internasional

Sabtu, 08 Jun 2024 16:07 WIB


Sudirman Said ikut menikmati pertunjukkan teater 'Matahari Papua' di Graha Bakti Budaya, semalam. Foto: Ist


PINUSI.COM, JAKARTA - Sudirman Said ikut terhanyut bersama ratusan penonton teater lakon Matahari Papua di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat tadi malam (7/6).

Naskah Matahari Papua ditulis oleh Norbertus Riantiarno atau biasa dipanggil Nano Riantiarno pada tahun 2014 dan disutradarai oleh anaknya, Rangga Riantiarno. Matahari Papua yang membawa pesan kemerdekaan, baik secara universal maupun individual ini juga diselingi dengan humor, kostum dan aksesoris lucu dan menarik, sehingga penonton ikut terhibur. Khas Teater Koma yang senantiasa membawa pesan sosial (politik) yang kental dalam kemasan pop.

"Ini karya sangat bagus, hiburan sekaligus edukasi yang memiliki banyak makna dan membawa pesan tentang kemerdekaan baik secara individu maupun universal. Karya ini merupakan dedikasi almarhum Mas Nano terhadap seni pertunjukan yang kemudian dilanjutkan putranya, Mas Rangga," ujar mantan menteri ESDM ini sesuai menonton. 

Berdiri sejak 1977, Teater Koma masih tetap eksis hingga saat ini. Hal ini, kata dia, menunjukkan eksistensi dan konsistensi seni pertunjukan yang menginspirasi generasi penerus untuk menghargai kekayaan seni dan budaya bangsa.

Dia mengucapkan selamat untuk pagelaran Teater Koma yang ke-500 kalinya. Menjadi bukti konsistensi Teater Koma di dunia kreatif yang bergerak jauh, bahkan sebelum istilah industri kreatif populer seperti saat ini.

"Kita sebagai bangsa yang majemuk memiliki kekayaan seni dan budaya. Jika ini dikelola dengan baik, sudah tersedia gedung pertunjukan, teater seperti ini [Graha Bhakti Budaya]," jelasnya.

"Maka cerita-cerita dan lakon seperti ini tidak hanya dipentaskan di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain di Indonesia," sambungnya. 

Jakarta, kata dia, bisa menjadi melting pot, bisa membangun cerita apa saja dari seluruh Nusantara.

"Kemudian ditampilkan secara nasional, dipilih yang terbaik untuk dibawa ke pentas global," tutur Sudirman.

Sudirman menilai cerita-cerita yang disajikan Teater Koma cerdik dan kontekstual pada masalah sosial di Indonesia. Banyak pembelajaran yang didapat oleh penonton dari sisi hiburan dan edukasi seperti lakon Matahari Papua yang menyampaikan pesan-pesan inspiratif.

Selayaknya Teater Koma yang sudah berkiprah di panggung dunia, Sudirman berharap agar pemerintah terus mendukung industri kreatif agar seni dan budaya Indonesia terus berkembang.

Dia juga berharap agar Jakarta sebagai Kota Global sudah selayaknya menjadi kiblat nasional dan internasional industri kreatif.

"Ini sangat mungkin karena Indonesia kaya dengan seni budaya yang dapat dikemas dalam pertunjukan berkelas dunia," pungkas Sudirman Said. 



Editor: Fahriadi Nur

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook