search:
|
Aktual

Kotak Amal Teroris Mengancam Semangat Beramal Masyarakat

carrisaeltr/ Sabtu, 27 Mar 2021 12:58 WIB
Kotak Amal Teroris Mengancam Semangat Beramal Masyarakat

Kotak amal teroris berjumlah lebih dari 20.000 kotak, berhasil diamankan. Penyebarannya menyasar restoran dan warung

PINUSI.COM – Kotak amal teroris yang berhasil polisi amankan, kurun 4 bulan terakhir, total berjumlah 20.599 kotak. Hasil ini bertambah usai tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror, mengamankan 531 kotak di 2 daerah berbeda di Sumatera Utara, kurun 5 hari terakhir.

Penemuan kotak amal teroris yang terbaru terjadi pada Jumat (26/3/2021) kemarin. Sebanyak 500 Kotak amal teroris berhasil diamanka di Deli Serdang Sumatera Utara. Temuan kotak-kotak tersebut hasil dari penggeledahan sebuah rumah terduga teroris yang terletak di Desa Manunggal.

Ratusan kotak ini disimpan rapih terbungkus kardus di gudang penyimpanan di samping rumah. Saat ditemukan, kotak-kotak amal yang berbahan kaca itu punya ukuran yang bervariasi, mayoritas sudah tertempel stiker bertuliskan santunan anak yatim dan dhuafa, serta logo Baitul Maal Abdurrahman Bin Auf.

Kotak Amal Teroris

Di lokasi ini juga terlihat beberapa potongan kaca utuh yang ditengarai sebagai bahan membuat kotak. Diduga kotak-kotak ini akan dimanfaatkan jadi wadah pendanaan kelompok teroris—disinyalir—Jamaah Islamiyah.

Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Hadi Wahyudi pada Jumat (26/3/2021), ratusan kotak amal yang diamankan ini sama dengan puluhan kotak amal yang sebelumnya sudah diamankan kepolisian di Tanjungbalai.

Sekadar informasi, pada Rabu (24/3/2021) lalu sebanyak 31 kotak amal sejenis lebih dulu diamankan Densus 88. Bersama kotak-kotak amal itu, turut juga diamankan 18 orang terduga teroris.

“Sore ini Densus 88 mengamankan ratusan kotak amal. Ada sekitar 500 kotak amal yang diamankan. Sama seperti yang diamankan di wilayah Tanjungbalai. Labelnya sama. Ada juga brosur, buku-buku, serta pakaian yang digunakan terduga teroris yang kita amankan," tutur Hadi.

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya akan mendalami penyebaran kotak amal ini. Untuk itu dia akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Agama untuk memastikan kebenaran lembaga amal yang tertera di kotak.

Sejatinya, pendanaan kelompok teroris dengan menyebarkan sejumlah kotak amal, sudah mulai mencuat ke permukaan sejak November 2020 silam. Senin 30 November 2020, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono mengungkap fakta penyalagunaan kotak sebagai pendanaan kelompok teroris.

Kala itu, Awi membeberkan uang amal yang sudah dihimpun digunakan untuk memberangkatkan teroris ke Suriah, bayar gaji anggota Jamaah Islamiyah, dan membeli alat-alat teror.

"Polri juga menemukan bahwa JI memiliki sejumlah dukungan dana yang besar di mana dana ini bersumber dari Badan Usaha milik perorangan, atau milik anggota JI sendiri dan penyalahgunaan fungsi dana kotak amal yang kami temukan terletak di minimarket yang ada di beberapa wilayah di Indonesia," kata Awi.

Dari fakta itu, Densus 88 pun mulai bergerak untuk mendalami modus pendanaan teroris yang diperoleh dari kotak amal. Ditugaskannya Densus 88 untuk mendalami modus ini, demi mempelajari dan menelusuri jaringan teroris mana saja yang memanfaatkan cara pendanaan seperti ini.

Lalu pada Sabtu 12 Desember 2020, Polda Lampung berhasil mengendus informasi yang menyebut terdapat lebih dari 4.000 kotak amal tersebar di Lampung, untuk menghimpun dana operasional kelompok teroris.

"Ya (diduga ada 4.000 kotak amal), itu yang kita dengar, dapat informasi dari penyidik. Itu nanti akan kita jadikan pulbaket (pengumpulan bahan dan keterangan), untuk monitoring tempat-tempat yang jadi indikasinya," kata Direktur Intelkam Polda Lampung Kombes Amran Ampulembang kepada wartawan, kala itu.

Kotak Amal Teroris

Temuan dari Polda Lampung itu membuat sejumlah pihaknya prihatin. Salah satunya Ikatan Khatib Dewan Masjid Indonesia (IK-DMI) Lampung. Ketua Majelis Pimpinan Wilayah IK-DMI Lampung, Gus Dimyati mengungkap lebih banyak lagi jumlah kotak amal teroris yang tersebar di pulau Sumatera.

Dia pun mengaku akan selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengetahui perkembangan terbaru dari fenomena kotak amal teroris ini. Dari informasi yang dia ketahui mengatakan bahwa penyaluran kotak-kotak itu menyasar toko ritel, toko kelontong, dan rumah makan-rumah makan. Dia berharap keberadaan kotak amal teroris jangan sampai mencemari masjid.

"Fenomena seperti ini tentu memprihatinkan karena mereka berkamuflase dengan yatim piatu, korban banjir, menyalahgunakan sumbangan kaum duafa atau korban bencana. Dirilis Mabes Polri di Sumatera ini ada 13.000, khusus Lampung ada 4.000 kotak amal. Saya sudah koordinasi dengan pihak kepolisian, untuk sementara ini dan semoga tak berubah, tak ada di lingkungan masjid atau mushala," jelas dia Gus Dimyati, pada Sabtu 12 Desember lalu.

Selang beberapa hari, tepatnya Kamis 17 Desember 2020, polisi mengungkapkan total ada 20.068 kotak amal yang diduga mendanai kelompok JI, berhasil diamankan. Puluhan ribu kotak itu merupakan temuan di 12 daerah berbeda, dengan rincian:

  • Sumatera Utara – 4.000
  • Lampung – 6.000
  • Jakarta – 48
  • Semarang – 300
  • Pati – 200
  • Temanggung – 200
  • Solo – 2.000
  • Yogyakarta – 2.000
  • Magetan – 2.000
  • Surabaya – 800
  • Malang – 2.500
  • Ambon – 20

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono ketika dikonfirmasi wartawan pada Kamis (17/12/2020) mengatakan ciri-ciri kotak amal yang ditemukan di Solo, Sumut, Pati, Magetan, dan Ambon berbentuk kotak kaca dengan rangka kayu.

Sementara, untuk daerah lainnya berupa kotak kaca dengan rangka aluminium. Dia menambahkan pada setiap kotak amal tercantum nomor SK Kementerian Hukum dan HAM, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan Kementerian Agama.

Kotak Amal Teroris

Menurut informasi yang diperoleh polisi, untuk penyebarannya, kebanyakan dari kotak amal itu ditempatkan di warung makan karena hanya perlu meminta izin dari pemilik atau pekerja di warung pinggir jalan.

Lebih lanjut dijelaskan, kelompok JI diduga mengumpulkan dana melalui dua tipe Yayasan. Yang pertama, tutur Argo, melalui yayasan pengumpulan infaq umum menggunakan metode kotak amal. Dan yang kedua, pengumpul infaq khusus dengan metode pengumpulan dana yang dilakukan secara langsung.

Fakta lainnya, saat ini kelompok JI mulai berusaha untuk terjun ke masyarakat atau disebut sebagai go public. Hal itu dikarenakan kelompok JI semakin sulit mengumpulkan dana apabila hanya mengandalkan anggotanya.

“Pemilihan anggota JI yang mengemban tugas untuk Go Public memiliki persyaratan seperti namanya masih bersih dari keterangan BAP nggota yang sudah ditangkap dan biasanya sudah vakum dalam waktu yang cukup lama,” ungkap dia.

Berbagai cara yang dilakukan jaringan teroris untuk mencari sumber pendanaan, menjadi sorotan pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta yang menyebut anggota JI memiliki karakter militant dalam penggalangan dana kelompoknya.

Oleh karena itu, sambung dia, posisi JI saat ini lebih kuat lebih kuat dari kelompok teroris lain seperti Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Hal ini dipengaruhi oleh memudarnya kekuatan ISIS yang berdampak pada pergerakan JAD.

“Dana dan logistik ini sangat penting, tanpa dana atau logistik organisasi dan aksi tidak akan jalan, kecuali aksi nekat dan serampangan. Memang kelompok JI ini lebih rapi, organisasi militan, penggalangan dan bisnisnya cukup kuat. Sementara JI mampu mandiri mencari dana dari dalam negeri,” kata Stanislaus, Kamis (25/3/2021) lalu.



Penulis: carrisaeltr

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook