search:
|
PinTect

Gemini, Alat AI Google yang Bisa Buat Gambar Manusia, Siap Comeback Setelah Diperbaiki

Bianca Michelle Devierro/ Rabu, 28 Feb 2024 23:30 WIB
Gemini, Alat AI Google yang Bisa Buat Gambar Manusia, Siap Comeback Setelah Diperbaiki

Google akan segera meluncurkan kembali Gemini. Foto: X@google


PINUSI.COM - Google akan segera meluncurkan kembali Gemini, alat AI yang bisa membuat gambar manusia, setelah sempat ditangguhkan karena adanya ketidakakuratan dalam beberapa gambar.

Demis Hassabis, CEO Google DeepMind mengatakan, alat tersebut sudah diperbaiki dan akan diaktifkan kembali dalam beberapa minggu ke depan.

Gemini adalah model AI yang ditawarkan oleh Alphabet Inc, induk dari Google, sejak awal bulan ini.

Alat ini bisa menghasilkan gambar manusia yang realistis dan beragam, berdasarkan deskripsi atau permintaan pengguna.

Namun, beberapa pengguna menemukan alat ini tidak bisa menghasilkan gambar sejarah yang akurat, seperti gambar tokoh-tokoh terkenal atau peristiwa penting.

“Kami telah menonaktifkan fitur tersebut sementara kami memperbaikinya."

"Kami berharap dapat mengaktifkannya kembali dalam waktu yang sangat singkat dalam beberapa minggu mendatang.”

“Alat itu memang tidak bekerja sesuai yang kami harapkan,” kata Hassabis dalam sebuah panel di Mobile World Congress di Barcelona, Senin (26/2//2024).

Kejadian ini membuat saham Alphabet turun 3,5% pada Senin sore, menjadi penarik terbesar pada indeks acuan S&P 500.

Ini bukan pertama kalinya Google mengalami masalah dengan perangkat lunak AI-nya, yang bertujuan menyaingi ChatGPT OpenAI, perusahaan yang didukung Microsoft.

Setahun lalu, Google merilis Bard, chatbot AI generatif, yang bisa menjawab pertanyaan dan membuat cerita berdasarkan gambar.

Namun, dalam video promosinya, Bard memberikan informasi yang salah tentang gambar sebuah planet di luar sistem tata surya Bumi, yang membuat saham Google anjlok hingga 9%.

Bard kemudian diubah namanya menjadi Gemini awal bulan ini, dan Google meluncurkan rencana langganan berbayar, yang bisa dipilih pengguna untuk kemampuan penalaran yang lebih baik dari model AI tersebut.

“Kita masih dalam tahap awal pengembangan AI generatif, tetapi jika ada kecacatan atau ketidakakuratan yang persisten, itulah saat orang-orang mulai khawatir,” beber Bob O’Donnell, analis utama di TECHnalysis Research. (*)



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: Bianca Michelle Devierro

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook