Gemini, Alat AI Google yang Bisa Buat Gambar Manusia, Siap Comeback Setelah Diperbaiki
Google akan segera meluncurkan kembali Gemini. Foto: X@google
PINUSI.COM - Google akan segera meluncurkan kembali Gemini, alat AI yang bisa membuat gambar manusia, setelah sempat ditangguhkan karena adanya ketidakakuratan dalam beberapa gambar.
Demis Hassabis, CEO Google
DeepMind mengatakan, alat tersebut sudah diperbaiki dan akan diaktifkan
kembali dalam beberapa minggu ke depan.
Gemini adalah model AI yang ditawarkan oleh Alphabet Inc, induk dari Google, sejak awal bulan ini.
Alat ini bisa menghasilkan gambar manusia yang realistis dan beragam, berdasarkan deskripsi atau permintaan pengguna.
Namun, beberapa
pengguna menemukan alat ini tidak bisa menghasilkan gambar sejarah yang
akurat, seperti gambar tokoh-tokoh terkenal atau peristiwa penting.
“Kami telah menonaktifkan fitur tersebut sementara kami memperbaikinya."
"Kami berharap
dapat mengaktifkannya kembali dalam waktu yang sangat singkat dalam beberapa
minggu mendatang.”
“Alat itu memang tidak bekerja sesuai yang kami harapkan,” kata Hassabis dalam sebuah panel di Mobile World Congress di Barcelona, Senin (26/2//2024).
Kejadian ini membuat saham Alphabet turun 3,5% pada Senin sore, menjadi penarik terbesar pada indeks acuan S&P 500.
Ini bukan pertama kalinya Google mengalami
masalah dengan perangkat lunak AI-nya, yang bertujuan menyaingi ChatGPT
OpenAI, perusahaan yang didukung Microsoft.
Baca Lainnya :
Setahun lalu, Google merilis Bard, chatbot AI generatif, yang bisa menjawab pertanyaan dan membuat cerita berdasarkan gambar.
Namun, dalam video
promosinya, Bard memberikan informasi yang salah tentang gambar sebuah planet
di luar sistem tata surya Bumi, yang membuat saham Google anjlok hingga 9%.
Bard
kemudian diubah namanya menjadi Gemini awal bulan ini, dan Google meluncurkan
rencana langganan berbayar, yang bisa dipilih pengguna untuk kemampuan
penalaran yang lebih baik dari model AI tersebut.
“Kita
masih dalam tahap awal pengembangan AI generatif, tetapi jika ada kecacatan atau
ketidakakuratan yang persisten, itulah saat orang-orang mulai khawatir,” beber Bob O’Donnell, analis utama di TECHnalysis Research. (*)
Editor: Yaspen Martinus
Penulis: Bianca Michelle Devierro