PINUSI.COM - Manfaat menyusui sangat banyak. Anda mungkin juga telah mendengar bahwa ASI merupakan makanan terbaik dengan gizi yang paling sesuai bagi bayi. Umumnya, bayi akan diberi ASI dengan cara disusui selama kurang lebih dua tahun.
Tapi tidak sedikit juga yang menyusui kurang dari dua tahun. Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Archives of Disease in Childhood menemukan, anak yang disusui lebih lama mendapatkan nilai yang cukup baik di sekolah jika dibandingkan dengan anak yang tidak disusui dalam waktu lama, atau bahkan tidak mendapatkannya sama sekali.
BACA LAINNYA : Disebut Lebih Menular, Ini Gejala Covid-19 Subvarian Omicron EU.1.1
Penulis utama studi tersebut, seorang mahasiswa doktoral dan peneliti di Unit Epidemiologi Perinatal Nasional di Oxdord University, Renee Pereyra-Elias menjelaskan bahwa penelitian ini melibatkan 5 ribu anak-anak Inggris sejak bayi yang dimulai tahun 2000-an lalu. Penelitian berakhir saat bayi-bayi itu memasuki tahun terakhir sekolah menengah mereka.
Elias menjelaskan, selama penelitian anak-anak ini dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan pada lama mereka disusui hingga kelompok yang tidak mendapat susu sama sekali. Para peneliti kemudian membandingkan hasil tes anak-anak tersebut dalam ujian General Certificate of Secondary Education di Inggris pada tahun-tahun terakhir sekolah menengah mereka.
Melansir CNN, anak-anak yang disusui setidaknya selama 12 bulan memiliki kemungkinan 39 persen lebih tinggi untuk lulus ujian matematika dan bahasa Inggris. Mereka juga 25 persen lebih kecil kemungkinannya untuk gagal dalam ujian bahasa Inggris.
BACA LAINNYA : Ingin Mengkonsumsi Nasi Walaupun Diet? Ini Caranya
Meski demikian, Elias menyebut bukan berarti setiap keluarga harus menyusui anaknya.
"Tidak mungkin bagi setiap keluarga untuk menyusui, dan mereka yang tidak, seharusnya tidak merasa malu atau merasa bersalah bahwa mereka mungkin merugikan anak-anak mereka," katanya.
Profesor emeritus statistik terapan di Inggris, Kevin McConway, yang tidak terlibat dalam penelitian itu, menyebut bahwa penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan. Sebab masih banyak keterbatasan selama penelitian dilakukan.
"Meskipun hasilnya pasti menarik, Anda harus mengingat keterbatasan yang pasti muncul dalam penelitian yang menggunakan data observasi dari studi kohort utama," kata McConway. Karena bersifat observasional, penelitian ini hanya fokus dengan mengikuti perilaku orang, tapi tidak menugaskan perilaku-perilaku tertentu yang dimaksud.
Konsekuensinya, hasil penelitian hanya menunjukkan korelasi antara menyusui dan skor tes, bukan penyebab. "Tidak mungkin untuk memastikan sesuatu menjadi penyebab terjadinya satu hal lainnya," kata dia.
Editor: Cipto Aldi