PINUSI.COM - Pinusian kali ini kita melancong ke kota Bogor dimana ada salah satu spot yang berada di dalam Perpustakaan Bogor yaitu Galeri Bumi Parawira. Galeri Bumi Parawira atau dikenal Bumi Parawira ini merupakan sebuah galeri yang membahas identitas Bogor melalui jalur rempah hingga era kepemimpinan masa kini.
Bumi Parawira menjadi spot yang diminati generasi milenial hingga generasi Z saat ini karena tempatnya yang instagramable dan terkesan fresh tanpa suntuk buat mempelajari sejarah Bogor yang dikemas dengan baik. Melalui pantauan Pinusi, Bumi Parawira juga menjadi sarana baru untuk memperkenalkan sejarah bagi anak kecil seperti anak TK sebagaisalah satunya.
Saat memasuki ruangan serba biru sebagai pembukanya, kita akan disambut terlebih dahulu ruangan yang membahas speutar Kerajaan Padjajaran hingga runtuhnya kerajaan tersebut yang ditandai dengan Prasasti Batu Tulis. Sebagai informasi, Kerajaan Padjajaran juga bertemu dengan orang - orang Portugis untuk perjanjian perdagangan rempah.
Replika Prasasti Padrao / Ragil Dwisetya Utami
Perjanjian ini dengan adanya prasasti Padrao, yang saat ini dipamerkan replikanya di Bumi Parawira. Prasasti Padrao ini sebagai perjanjian bilateral pada 1522. Prasasti Padrao ini menjadi bukti jalur rempah di Indonesia.
" Kerajaan Padajajaran ini bermula dari gabungan antara kerajaan Sunda dan Galuh oleh Jayadewata. Makanya pada saat penobatan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Pertemuan itu juga dihadiri para rama salah satu obrolan mereka tentang rempah - rempah" tutur Riri, Tour Guide Bumi Parawira saat ditemui Pinusi (23/1/2024).
"Jadi itu mereka mau kerjasama dengan Portugis untuk masalah perdagangan. Setelah itu, Kerajaan Padajajaran ketemu dengan orang Portugis di Sunda Kelapa. Dari semua ilustrasi yang dipamerkan ini termasuk Prasasti Padrao berkaitan sekali dengan jalur rempah di Indonesia. Dan dari pertemuan mereka ini justru menjadi perdagangan pertama di Indonesia. Cuma, memang di Sunda Kelapa itu sudah mulai perdagangan rempah yang ada di Kerajaan Demak dan Cirebon" lanjutnya.
Sampai akhirnya, Kerajaan Padjajaran runtuh saat digantikan oleh anaknya Prabu Siliwangi bernama Surawisesa. Sebagai bentuk permintaan maaf kepada ayahnya, Surawisesa membuat Prasasti yang kita kenal Prasasti Batu Tulis.
Replika Prasasti Batu Tulis/Ragil Dwisetya Utami
Setelah memasuki ruangan masa kerajaan, masuk ke beberapa ruangan lainnya dari masa kolonial dengan adanya Buitenzorg Palace (Istana Bogor) yang dibangun Gubernur Van Imhoff sebagai tempat peristirahatan saat itu. Bahkan pada masa itu, Raden Saleh juga membuat lukisan sebagai perlawanan saat pangeran Diponegoro ditangkap.
"Kita kan waktu pas sekolah pernah diperlihatkan ya ilustrasi penangkapan Pangeran Diponegoro. Nah ini salah satu tokoh yaitu Raden Saleh buat lukisan perlawanan buat pemerintah Belanda saat itu lewat simbol - simbol perlawanan. Dan lukisan ini dikenal sebagai lukisan tandingan" tutur Rini kembali.
Ilustrasi Raden Saleh membuat "Lukisan Tandingan"/ Ragil Dwisetya Utami
Selepas itu, kita memasuki ruangan orde lama yang dibuktikan dari baca teks proklamasi tapi Bogor saat itu belum merdeka tapi akhirnya bisa hingga pertemuan 11 Maret, orde baru yang dibuktikan oleh Soe Hok Gie,Cap Gomeh di Bogor oleh Gusdur, pembangunan sekolah kesatuan, pembangunan masjid istiqlal, masjid raya Bogor, dan sebagainya oleh FX Silaban.
Akhirnya di era kepemimpinan Walikota Bogor dari masa ke masa yaitu sampai ke Bima Arya dan pameran terakhir Covid di kota Bogor dengan memperlihatkan 130 lebih institusi kesehatan di Bogor yang menangani covid saat itu.