PINUSI.COM - Tradisi Lebaran di Indonesia tidak hanya mudik dan sungkem.
Nyatanya, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi Lebaran yang terkenal unik, sesuai budaya dan kepercayaan yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun.
Bahkan, setiap tradisi Lebaran tersimpan makna yang sangat indah dan mendalam.
Berikut ini 3 tradisi Lebaran di berbagai daerah di Indonesia yang penuh makna versi Kemenparekraf:
Grebeg Syawal (DI Yogyakarta)
Membahas tradisi menyambut Lebaran, Grebeg Syawal menjadi salah satu ritual rutin digelar setiap tahunnya.
Tradisi yang berasal dari Keraton Yogyakarta ini dilakukan setiap 1 Syawal, atau tepat pada Hari Raya Idulfitri.
Grebeg Syawal merupakan wujud syukur setelah melewati Bulan Ramadan yang sudah dilaksanakan sejak abad ke-16.
Daya tarik dari tradisi Grebeg Syawal ada pada tujuh gunungan yang terdiri dari gunungan lanang/kakung sebanyak tiga buah, gunungan wadon/estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan masing-masing satu buah.
Seluruh gunungan akan dibawa oleh abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan.
Gunungan tersebut akan didoakan terlebih dahulu, sebelum nantinya diperebutkan masyarakat.
Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)
Di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ada tradisi Perang Topat atau 'perang ketupat' sebagai tradisi menyambut Lebaran yang unik dan penuh makna.
Konon, tradisi saling melemparkan ketupat ini merupakan simbol kerukunan antar-Umat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di Lombok.
Sebelum perang dimulai, masyarakat akan melakukan doa dan ziarah di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang, dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro.
Uniknya, setelah tradisi dimulai, ketupat-ketupat yang digunakan untuk berperang akan kembali diperebutkan, karena dipercaya membawa kesuburan sehingga membuat panen melimpah.
Ronjok Sayak (Bengkulu)
Tradisi Lebaran di Indonesia yang tidak kalah unik bisa ditemukan di Bengkulu yang disebut Ronjok Sayak.
Secara umum, kata Sayak sendiri bisa diartikan sebagai batok kelapa.
Dengan kata lain, Ronjok Sayak adalah tradisi membakar batok kelapa kering yang ditumpuk hingga setinggi satu meter.
Menurut kepercayaan, tradisi Lebaran Ronjok Sayak sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun silam.
Masyarakat Bengkulu percaya jika api merupakan penghubung antara manusia dan leluhur.
Itu mengapa, pelaksanaan tradisi Ronjok Sayak berjalan hikmat, dibarengi dengan banyaknya doa-doa yang dipanjatkan selama proses pembakaran batok kelapa.
Biasanya, tradisi Ronjok Sayak ini dilakukan setelah melaksanakan Salat Isya pada 1 Syawal. (*)