PINUSI.COM - Tidak terasa Bulan Ramadan segera tiba dalam hitungan hari.
Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim pun menyambut momen spesial ini dengan penuh suka cita.
Bahkan, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi menyambut Ramadan yang berbeda-beda.
Tradisi-tradisi menyambut Ramadan tersebut dilakukan secara turun-temurun, sebagai salah satu bentuk melestarikan budaya dan adat istiadat.
Tak mengherankan jika setiap tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadan tersebut, menyimpan makna mendalam yang bertujuan untuk menyucikan diri, saling mendoakan dan memaafkan, sekaligus menjalin silaturahmi antar-sesama dalam menyambut kehadiran bulan suci Ramadan.
Berikut ini 3 tradisi menyambut ramadan di Indonesia yang penuh makna, dikutip dari laman Kemenparekraf:
1. Nyorog
Foto: seni budaya Betawi
Masyarakat asli Jakarta atau suku Betawi, memiliki banyak tradisi yang masih dilestarikan sampai sekarang.
Salah satunya adalah tradisi Nyorog atau kegiatan memberikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, baik itu orang tua atau mertua yang sudah berbeda rumah, maupun ke tokoh daerah setempat.
Tradisi Nyorog tidak serta-merta sebagai kegiatan berkirim makanan saja.
Justru, tradisi menyambut Ramadan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan, sekaligus menjalin silaturahmi guna mempererat tali persaudaraan antar-sesama.
2. Cucurak
Foto: Instagram@sekolahvokasiipb
Tradisi Cucurak, dalam bahasa Sunda diartikan sebagai bersenang-senang dan berkumpul bersama keluarga besar, dalam menyambut bulan suci Ramadan.
Selain berkumpul, tradisi Cucurak biasanya diisi dengan makan bersama beralas daun pisang sambil duduk lesehan.
Menu yang disajikan mulai dari nasi liwet, tempe, ikan asin, serta sambal dan lalapan.
Menurut kepercayaan masyarakat Sunda, tradisi Cucurak tidak hanya sebagai kegiatan kumpul-kumpul dan makan bersama saja, tapi menjadi momen silaturahmi dan ajakan untuk saling bersyukur atas segala rezeki yang diberikan oleh Tuhan.
3. Padusan
Foto: instagram@jalikarta
Masyarakat Yogyakarta turut memiliki tradisi dalam menyambut Ramadan yang masih dilakukan hingga sekarang.
Namanya adalah Padusan, atau dalam Bahasa Jawa diartikan dengan padus (mandi).
Padusan dilakukan sebagai bentuk penyucian diri, sekaligus membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadan.
Jika ditelaah lebih dalam, Padusan juga bisa diartikan sebagai momen untuk merenung dan intropeksi diri atas kesalahan yang pernah diperbuat. Sehingga, Umat Islam bisa menjalankan ibadah dalam kondisi suci lahir dan batin. (*)