search:
|
PinRec

7 Jenama Fesyen Lokal Ramah Lingkungan, Fokus Gunakan Bahan Organik

ragil dwisetya utami/ Sabtu, 24 Feb 2024 20:30 WIB
7 Jenama Fesyen Lokal Ramah Lingkungan, Fokus Gunakan Bahan Organik

Mengusung konsep eco-friendly, jenama fesyen lokal menggunakan bahan-bahan organik pada produk mereka. Foto: Instagram@sejauh_mata_memandang


PINUSI.COM - Fast fashion menjadi tren pakaian yang berdampak buruk bagi lingkungan.

Selain mencemari sumber air, tren fast fashion diperkirakan menyumbang 10% dari total emisi karbon global.

Hal inilah yang akhirnya memicu rasa peduli lingkungan pada sebagian pelaku industri kreatif, untuk menciptakan jenama fesyen lokal yang ramah lingkungan.

Kehadiran jenama fesyen lokal ramah lingkungan, sejalan dengan upaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) dalam mengembangkan Parekraf Hijau pada 2024.

Sehingga, ke depannya dapat menciptakan sektor Parekraf yang berkualitas dan mengedepankan keberlanjutan lingkungan. 

Mengusung konsep eco-friendly, jangan heran jika jenama fesyen lokal tersebut menggunakan bahan-bahan organik pada produk mereka, seperti menggunakan serat alami, ekstrak tumbuhan, buah-buahan, serat pohon, dan berbagai bahan-bahan alami lainnya. 

Dikutip dari laman Kemenparekraf, berikut ini 7 jenama fesyen lokal ramah lingkungan:

Sejauh Mata Memandang

Mengusung konsep slow fashion, jenama lokal yang berdiri sejak 2014 terkenal dengan motif kain, dengan perpaduan warisan budaya dengan modernitas kasual.

Berkomitmen menghasilkan produk fesyen yang eco-friendly, Sejauh Mata Memandang selalu berusaha menggunakan bahan dan proses produksi yang ramah lingkungan.

Tujuannya untuk mengurangi limbah tekstil saat proses produksi berlangsung.

SARE/Studio

Jenama lokal terkenal ini memiliki koleksi pakaian rumahan yang super nyaman.

Kenyamanan yang diberikan oleh SARE/Studio berkat material pakaian yang berasal dari serat alami, ramah lingkungan, serta bisa terurai dan didaur ulang.

Berdiri sejak 2015, SARE/Studio memiliki beragam koleksi pakaian rumahan yang terkenal dengan kenyamanannya, mulai dari piyama atau baju tidur, dress santai, hingga pakaian anak-anak.

Ditambah lagi, jenama fesyen lokal ini juga memiliki koleksi pakaian perempuan berbahan organik.

Kembang Tjelup

Jenama fesyen lokal asal Kota Yogyakarta ini mengusung konsep ramah lingkungan.

Jenama lokal yang sudah berdiri sejak 2014 ini mengombinasikan teknik batik dengan teknik Shibori, yaitu teknik pewarnaan yang diadaptasi dari Jepang.

Memiliki misi menciptakan produk-produk eco fashion ramah lingkungan, Kembang Tjelup berupaya menggunakan bahan-bahan organik, mulai dari material dari serat alami, hingga pewarna alami yang tidak mencemari lingkungan.

Seperti, warna biru yang berasal dari indigofera, warna cokelat dari kulit kayu mahoni, serta warna kekuningan dari kulit jalawe atau sabut kelapa.

Semilir Ecoprint

Jenama fesyen lokal satu ini menggunakan teknik eco printing, serta menampilkan motif-motif alami dengan sentuhan warna earthy-pastel.

Awalnya, jenama fesyen lokal asli Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini hanya memproduksi tas wanita.

Namun, seiring waktu dan permintaan pasar yang tinggi, Semilir Ecoprint mulai memproduksi pakaian, dompet, aksesori, hingga dekorasi rumah dengan ciri khas motif dedaunan alami.

Pijakbumi

Berkomitmen untuk membuat sepatu yang nyaman tanpa merusak lingkungan sekitar, Pijakbumi menggunakan bahan daur ulang dan berkelanjutan.

Salah satunya, koleksi sepatu Pijakbumi yang menggunakan serat pohon kayu putih pada bagian pinggir sepatu, hingga sandal klasik dari daur ulang katun dan sabut kelapa. 

Lokanua

Berasal dari Bandung, Jawa Barat, Lakanua adalah jenama lokal yang menghasilkan jam tangan dari limbah kayu bekas berkualitas terbaik.

Limbah kayu bekas diolah dengan material epoksi, dan digunakan pada bagian kepala jam, sedangkan untuk bagian strap jam terbuat dari kain tenun.

Perpaduan tersebut sukses menghasilkan produk jam tangan yang unik, fresh, serta memiliki tekstur dan warna yang berbeda-beda.

Loosewood

Loosewood menggunakan limbah kayu bekas sebagai bahan utama pembuatan jam tangan, mulai dari limbah kayu papan skateboard, kayu gitar, maupun kayu lantai.

Selain jam tangan, jenama lokal asal Solo, Jawa Tengah ini sudah memiliki berbagai macam koleksi, mulai dari kacamata, tas, serta anting-anting, kalung, dan berbagai aksesori lainnya.

Berkat keunikannya, Loosewood berhasil tembus dan bersaing di pasar Eropa. (*)



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: ragil dwisetya utami

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook