PINUSI.COM - Semakin banyaknya pelaku ekonomi kreatif berinovasi dengan mengedepankan konsep sustainable menjadi langkah awal mendukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) dalam upaya mewujudkan “Parekraf Hijau” di Indonesia. Salah satu langkah nyata telah dilakukan subsektor desain produk dengan menghadirkan konsep produk sustainable packaging.
Menurut Kemenparekraf, sustainable packaging adalah kemasan yang didesain dengan bahan-bahan ramah lingkungan. Sustainable packaging berbeda dengan kemasan dari plastik, yang merupakan penyumbang permasalahan sampah terbesar di dunia.
Produksi sampah plastik di Indonesia mencapai 12,54 juta ton pada 2022, dan jumlahnya akan terus naik setiap tahunnya. Tentunya kehadiran sustainable packaging menjadi langkah awal menjaga keberlanjutan lingkungan yang sangat baik. Mengingat, sustainable packaging memiliki sifat yang mudah didaur ulang, dan tidak menimbulkan berbagai masalah baru yang merugikan lingkungan di masa mendatang.
Berikut produsen lokal dari subsektor desain produk yang sukses menciptakan sustainable packaging dalam mendukung keberlangsungan sektor ekonomi kreatif Indonesia di masa depan.Evoware
sumber: instagram @evowareworld
Sebuah perusahaan startup Indonesia yang bergerak dalam bidang pengelolaan sampah dan berfokus pada keberlanjutan. Berdiri sejak 2016, kelahiran Evoware dilatarbelakangi dengan keprihatinan akan banyaknya sampah plastik. Hal inilah yang akhirnya mendorong Evoware untuk berinovasi menghasilkan produk ramah lingkungan yang terbuat dari bahan-bahan berkelanjutan.
Sehingga, dapat mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut akibat penggunaan sampah plastik sekali pakai. Dari banyaknya sustainable packaging yang diciptakan Evoware, salah satu produk yang paling menarik perhatian, yakni Evo Jello Cup.
Sebuah gelas sekali pakai yang terbuat dari rumput laut! Terbuat dari bahan ramah lingkungan yang aman bagi tubuh manusia, tidak heran jika Evo Jello Cup aman dikonsumsi. Menariknya lagi, Evo Jello Cup hadir dengan dua pilihan rasa yang bisa dipilih yakni rasa teh hijau dan peppermint.
Selain Evo Jello Cup, Evoware juga punya sustainable packaging yang tidak kalah inovatif. Beberapa di antaranya adalah alat makan yang terbuat dari kayu, sedotan bambu, sedotan yang terbuat dari campuran beras dan tapioka, cassava bag garbage, dan masih banyak lainnya.
Avani Eco
sumber: instagram @avanieco
Produsen lokal dari subsektor desain produk yang sukses menciptakan sustainable packaging berikutnya adalah Avani Eco. Didirikan 2014, Avani Eco terkenal dengan inovasinya menciptakan kantong plastik dari pati singkong atau Cassava Bag. Berbeda dengan plastik “asli”, kantong plastik dari Avani Eco lebih ramah lingkungan.
Karena bisa terurai secara alami dalam hitungan bulan. Penting dipahami, pati singkong yang digunakan Avani Eco adalah singkong “industrial-grade”. Dengan kata lain, singkong tersebut memang digunakan khusus untuk bidang industri, alias tidak mengambil persediaan singkong untuk pangan.
Selain kantong plastik ramah lingkungan dengan berbagai bentuk dan ukuran, Avani Eco juga menciptakan Poop Bags atau kantong kotoran ramah lingkungan, hingga sedotan maupun gelas yang dapat terurai secara alami. Memiliki slogan #IAMNOTPLASTIC, Avani Eco telah berkontribusi menggantikan sekitar 6.000 ton plastik di Indonesia dengan produk bioplastiknya pada 2016.
Plepah
sumber: instagram @plepah_id
Tidak kalah populer dari dua produsen yang mengedepankan konsep sustainable sebelumnya, Plepah turut menjadi produsen lokal yang sukses menciptakan sustainable packaging. Sesuai dengan namanya, pelaku subsektor desain produk satu ini menciptakan wadah kemasan alternatif dari pelepah pinang.
Uniknya, sustainable packaging dari Plepah tidak hanya terbukti waterproof, melainkan juga tahan api. Jadi tidak akan mudah meleleh meskipun dimasukkan ke dalam microwave maupun oven. Menariknya lagi, kemasan ramah lingkungan ini dapat digunakan beberapa kali untuk makanan kering, dan dibersihkan dengan lap basah.
Karena menggunakan bahan alami yang ramah lingkungan, tidak mengherankan jika produk dari Plepah bisa terurai secara alami dalam kurun waktu sekitar 60 hari saja. (*)