PINUSI.COM - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Wonosobo bekerja sama dengan Komunitas Balon Wonosobo dan event organizer, menggelar Festival Mudik 2024 mulai 11-20 April, dan di Alun-alun Wonosobo pada Minggu 21 April 2024.
Festival Mudik adalah event yang diinisiasi sejak 2023 oleh Disparbud dan komunitas balon, dengan melibatkan event organizer, yang bertujuan sebagai atraksi hiburan bagi masyarakat Wonosobo, khususnya para pemudik.
Juga, sebagai ajang kreativitas para kreator balon udara Wonosobo, untuk melestarikan tradisi menerbangkan balon udara untuk memeriahkan Hari Raya Idulfitri.
Kabid Pemasaran Disparbud Wonosobo Sri Fatonah Werdiyati Ismangil menjelaskan, festival balon merupakan event unggulan Wonosobo yang selalu digemari semua kalangan, baik masyarakat lokal maupun luar daerah.
''Selain Festival Balon, dalam Puncak Festival Mudik ini juga digelar festival kuliner dan pertunjukan seni budaya,'' kata Fatonah, Selasa 19 Maret 2024.
Dia menambahkan, jika pada 2023 festival balon digelar di delapan lokasi, tahun ini dikembangkan pada 14 lokasi, yakni di Desa Kembaran Kalikajar, Desa Simbang Kalikajar, Lamuk Kalikajar, Reco Kertek, Karangluhur Kertek, Candiyasan Kertek, Bojasari Kertek, dan Wringinanom Kertek.
Lalu, Semayu Selomerto, Jaraksari Wonosobo, Sambek, Gondang Watumalang, Mudal Mojotengah, dan puncaknya di Alun-Alun Wonosobo.
Dia menandaskan, khusus Puncak Festival Mudik yang digelar di Alun-Alun Wonosobo, target balon yang akan 'Mumbul Bareng' (istilah penerbangan balon secara bersama-sama dengan ditambatkan), sebanyak 40 balon.
''Balon-balon ini akan dinaikkan sejak pukul 06.00 sampai kurang lebih pukul 09.00 WIB."
"Mengapa dinaikkan di pagi hari? Karena di saat itulah waktu terbaik bagi balon raksasa setinggi 7 meter dan berdiameter 3-4 meter ini terbang karena angin masih stabil,'' jelasnya.
Fatonah pun menjabarkan motif dan teknik pembuatan balon khas Wonosobo. Dipaparkannya, balon-balon ini terbuat dari kertas dengan motif-motif khas Wonosobo yang sangat bervariasi dan warna-warna yang kontras.
Setiap balon tradisional diisi udara melalui metode pengasapan yang dihasilkan dari pembakaran batok kelapa di tungku bekas kaleng biskuit, kurang lebih selama 30 menit, oleh kurang lebih 5-7 orang dengan sangat kompak.
Setiap balon yang dibuat, lanjut dia, melalui proses yang rumit, memerlukan waktu pembuatan rata-rata dua minggu hingga satu bulan lamanya.
''Nantinya balon-balon tersebut akan dinaikkan setinggi rata-rata 75-150 meter dan tidak boleh dilepas."
"Balon akan diturunkan jika sudah mulai kehabisan udara dan akan diasapi lagi jika masih memungkinkan cuacanya untuk dinaikkan kembali,'' imbuhnya.
140 Stan Kuliner
Selain festival balon, dalam Puncak Festival Mudik juga digelar festival kuliner yang terdiri atas kuliner tradisional, untuk mengobati rasa rindu para pemudik dengan makanan dan jajanan khas Wonosobo, serta jenis kuliner modern yang selalu digemari masyarakat di semua kalangan.
Ada juga stan kopi khas Wonosobo, serta berbagai jenis minuman yang menggugah selera.
Di Puncak Festival Mudik 2024 Alun-Alun Wonosobo, akan ada 140 stan kuliner dan minuman mengelilingi alun-alun dan Jalan Merdeka.
Masyarakat juga akan dihibur dengan pertunjukan seni budaya seperti lengger, kuda lumping dan berbagai seni pertunjukan lainnya.
''Diharapkan melalui event ini, perekonomian masyarakat terus meningkat, di samping sebagai atraksi wisata untuk menarik kunjungan wisata ke Wonosobo, dan juga sebagai upaya pelestarian tradisi balon Wonosobo, agar terus dikembangkan oleh generasi muda dan tidak punah,'' paparnya.
Ketua Komunitas Balon Wonosobo Agam Setyobudi mengapresiasi dan mendukung kegiatan festival mudik dengan melibatkan komunitasnya.
Dalam pandangannya, festival mudik dan balon ini berimplikasi pada UMKM lokal dan perputaran uang di Wonosobo meningkat, sehingga diharapkan membantu dan memberi dampak yang positif bagi masyarakat Wonosobo.
''Event ini tentu berdampak ekonomi, karena pengunjung dari luar Wonosobo banyak yang ikut menikmati festival balon, sehingga akan lebih banyak masyarakat yang terbantu dari rumah makan hingga penginapan,'' ujarnya.
Agam menjelaskan, tradisi menerbangkan balon di Wonosobo sudah ada sejak 1930-an.
Ciri khas balon di sini punya ciri motif batik hingga motif modern yang unik dengan menonjolkan estetika.
''Motif dan kerapian dalam pembuatan menjadi prioritas, karena ada gengsi antar-kelompok pembuat balon yang selalu melahirkan motif dan kreasi yang unik tentunya dalam sisi yang positif,'' terangnya.
Dia mengisahkan, pihaknya pernah membuat membuat balon raksasa dengan panjang 25 meter saar bekerja sama dengan tim Jejak Petualang Trans 7.
Dengan anggota 3.000 orang, pihaknya optimistis, komunitas balon turut mendukung pengembangan pariwisata di Wonosobo.
Jadwal Festival Balon di Wonosobo 2024