PINUSI.COM - Pulau Kalimantan menyimpan banyak potensi yang menarik untuk terus digali. Tak hanya dikenal dengan keindahan hutan hujan tropis, sungai yang mengalir deras, serta keragaman flora dan fauna, Pulau Kalimantan juga memiliki budaya yang sangat kental dan terus lestari hingga saat ini.
Hal tersebut bisa kita lihat dari masih dilakukannya tradisi turun-temurun para leluhur, upacara adat, tarian yang memesona, hingga harmonisasi melodi dari alat musik tradisional yang terus dialunkan hingga saat ini. Menariknya, alat-alat musik tradisional khas Kalimantan yang banyak.
Melansir dari laman Kemenparekraf, berikut 3 alat musik tradisional khas Kalimantan.
1. Sape
foto: Diskominfo Kaltim
Dalam bahasa Dayak, Sape berarti “memetik dengan jari”, sesuai dengan cara memainkan alat musik ini, yakni dipetik. Sape punya panjang sekitar satu meter, dan terbuat dari kayu pilihan, seperti kayu aro, kayu marong, maupun kayu pelantan. Uniknya, Sape hanya memiliki dua senar, sehingga hanya mampu memainkan empat tangga nada.
Umumnya Sape dimainkan sebagai musik pengiring tarian dalam upacara adat Suku Dayak. Menariknya, hampir setiap provinsi di Pulau Kalimantan memiliki Sape khas tersendiri, biasanya dibedakan dari motif-motif Dayak yang ada di badan alat musik petik ini.
2. Jatung Utang
foto: Pariwisata Indonesia
Sekilas bentuknya mirip Saron, salah satu instrumen pada Gamelan. Namun, alat musik tradisional khas Kalimantan ini terbuat dari 9-13 kepingan kayu yang diikat tali dan dirangkaikan pada satu kotak kayu. Umumnya, Jatung Utang terbuat dari kayu lempung dan kayu meranti yang telah melalui proses pengeringan cukup lama.
Jatung Utang khas Kalimantan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan dua buah batang kayu, sehingga menghasilkan nada yang bervariasi sesuai panjang dan ketebalan kayu.
3. Serunai
foto: Perpustakaan Digital Indonesia
Bentuknya mirip suling, namun pada bagian ujung alat musik ini lebih lebar. Terbuat dari kayu, Serunai punya panjang kurang lebih 20 cm, dan terdapat empat lubang nada. Serunai kerap dimainkan sebagai musik pengiring berbagai kegiatan penting Suku Dayak, mulai dari pesta perkawinan, penghibur para petani saat memanen padi, hingga pengiring pentas seni Kuntau atau seni bela diri Kalimantan.