PINUSI.COM - Orang tua berperan penting di dalam keluarga. Anak belajar banyak hal dari orang tuanya.
Orang tua menginginkan hal terbaik, demi kelangsungan hidup anaknya.
Namun, hal tersebut terkadang justru membuat anak menjadi takut kepada orang tuanya.
BACA LAINNYA: 6 Ide bisnis yang Cocok Bagi Para Mahasiswa untuk Menghasilkan Uang Jajan Sendiri
Hal ini bisa memengaruhi kesehatan mental anak, seperti merasa tidak percaya diri, merasa bersalah, dan masih banyak lagi.
Fenomena ini disebut dengan toxic parenting. Pinusian yang berperan sebagai orang tua maupun anak, mungkin tidak asing dengan istilah ini.
Selain tidak asing dengan namanya, apakah Pinusian menjadi salah satu yang mengalami atau bahkan melakukannya?
Untuk itu, kamu harus tahu dahulu 5 ciri toxic parenting:
Terlalu Mengatur Anak
Toxic parenting juga dicirkan dengan orang tua yang terlalu mengatur sang anak.
Segala keputusan diambil oleh orang tua, sehingga anak tidak memiliki kesempatan memutuskan hal demi dirinya sendiri.
Menjadi posesif juga termasuk terlalu mengatur anak, lho.
Orang tua yang melarang anaknya berteman dengan orang tertentu, melarang main, melarang kemauan anak, dan tidak membiarkannya memilih, membuat anak sesak dan tidak mendapatkan kebebasan.
Manipulatif
Pernah bilang “Mama sudah melahirkan kamu, harusnya kamu bisa balas dengan hal lain,” atau mungkin “Kamu sih, gara-gara kamu mama papa jadi hidup kayak gini?"
Hal semacam ini kerap dikatakan oleh para orang tua kepada anaknya.
Ini merupakan bentuk manipulatif.
BACA LAINNYA: Nongkrong Asyik dengan View Camik Waduk Cengklik di Amanat Coffee
Anak akan merasa bersalah, padahal hal tersebut bukanlah salahnya, kemudian membuat anak merasa harus bertanggung jawab akan apa yang terjadi.
Ini juga hal yang dianggap normal oleh para orang tua, dan parahnya sang anak juga menganggap demikian.
Mengomentari Segala Hal dari Anak
Orang tua seringkali merasa dirinya berhak mengatakan hal-hal yang menyinggung perasaan anak, seperti mengomentari fisik anak, menganggap rendah usaha anak, dan sejenisnya.
Pinusian pernah dengar kalimat “Kamu gendutan, mama enggak suka,” atau “Uruslah diri kamu, kelihatan jorok?”
Ya, hal tersebut memang untuk kebaikan sang anak, namun kalimat yang dilontarkan salah.
Hal-hal tersebut akhirnya malah membuat anak tersinggung dan tidak melakukan kemauan orang tuanya.
Membandingkan Beban
Kalimat “Kamu memang dibebankan apa sih sama mama papa?” “Ah, masalahmu enggak seberat mama,” atau “Gitu aja stres, apalagi jadi mama papa,” sebaiknya jangan sering dilontarkan kepada anak.
Lebih baik orang tua mengatakan, “Pasti berat ya yang kamu alami, kamu sudah hebat bisa melewati semuanya, kami bangga sama kamu.”
Membandingkan dengan Anak Lain
“Lihat tuh anak A, masa kamu enggak bisa sih kayak dia?" Kalimat seperti ini sering dilontarkan oleh orang tua, dan ini membuat anak merasa buruk dan tidak cukup baik atas usaha yang mereka lakukan.
Orang tua secara tidak sadar sering membandingkan anak mereka dengan anak orang lain. (*)
Editor: Yaspen Martinus