PINUSI.COM - Sama seperti rokok dan alkohol, kopi juga bisa bikin kecanduan.
Ada beberapa tanda tubuh kecanduan kopi. Kopi pada kafein memang bisa membuat kecanduan.
Menukil Very Well Mind, kecanduan kafein bisa terjadi saat seseorang mengonsumsi kafein secara berlebihan dalam jangka waktu tertentu.
BACA LAINNYA: Ketoprak, Makanan Lezat dengan Asal-usul Unik
Kafein sebagaimana kamu tahu memang bisa memberikan banyak hal baik, saat dikonsumsi sewajarnya.
Beberapa contohnya antara lain meningkatkan suasana hati, meredakan sakit kepala, bahkan mengurangi risiko masalah medis, mulai dari stroke, parkinson, hingga alzheimer.
Tanda Tubuh Kecanduan Kopi:
1. Sakit Kepala
Kamu mungkin bisa mengalami sakit kepala hebat, terutama di pagi hari. Hal ini menunjukkan tubuh membutuhkan kopi sesegera mungkin.
Melansir Men's Health, saat sakit kepala menyerang tubuh menunggu kafein, dan pembuluh darah akan melebar.
Hal ini bisa mengiritasi ujung saraf yang memicu pusat nyeri di otak. Akibatnya, kepala mulai sakit dan berdenyut.
2. Otot Terasa Sakit
Mengonsumsi kafein kopi yang berlebihan bisa membuat tubuh mengalami dehidrasi. Hal ini bisa berpengaruh pada otot dan sendi.
Kamu bisa merasa nyeri terutama di betis, paha belakang, hingga paha yang disebabkan oleh kejang otot
3. Tekanan Darah Turun
Saat melewatkan secangkir kopi pagi atau siang hari, Kamu bisa mengalami detak jantung yang berdebar-debar atau lebih cepat.
Kopi adalah stimulan untuk meningkatkan tekanan darah. Maka, ketika melewatkannya, muncul efek samping yang umum, yakni tekanan darah yang menurun.
Beberapa hal yang muncul seiring tekanan darah turun adalah pusing, kelelahan, dan merasa lemah.
4. Tidur Tidak Nyenyak
Kafein pada kopi bisa menurunkan kadar neurotransmitter seseorang, termasuk serotonin yang membuat kesulitan tidur.
Kalau sudah begini, jangan lagi abaikan tanda tubuh kecanduan kopi.
Tapi ketika Kamu menguranginya atau tidak minum sama sekali, jam tidur juga bisa berantakan.
Alasannya, mengurangi kopi tiba-tiba membuat tubuh kaget dan tidak terbiasa, sehingga perlu beberapa penyesuaian yang harus dilakukan. (*)
Editor: Yaspen Martinus