PINUSI.COM - Bagi penikmat kuliner berkuah seperti soto sesekali coba deh mampir ke kawasan Surya Kencana, Bogor. Dijamin pasti ketagihan apalagi dengan soto kuningnya. Wah nikmat dan cocok untuk memanjakan lidah Pinusian lho!
Untuk menjangkau kawasan Surya Kencana, Bogor, Pinusian bisa memanfaatkan transportasi publik seperti Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line tujuan akhir Stasiun Bogor. Dari stasiun Pinusian bisa menumpang angkutan kota (Angkot) Nomor 02. Angkot ini melewati kawasan kuliner Surya Kencana.
Pinusian bisa turun persis di pintu gerbang Surya Kencana.
Gerbang kokoh dari beton dan kayu itu terpampang tulisan Lawang Surya kancana Kampung Tengah – Buitenzorg Dayeuh – Bogor. Gerbang tersebut seperti merayu untuk segera menyelusuri kawasan yang dikenal sebagai Kawasan Pecinan di Kota Hujan Bogor.
Di hari Sabtu dan Minggu. Ya biasanya akhir pekan kawasan Surya Kencana disambangi para pemburu pelbagai sajian kuliner terutama Soto Kuning.
Jadwal buka dan tutup di kawasan kuliner tersohor ini berbeda-beda. Ada yang buka mulai pukul 06.00 sampai 18.00. Namun ada pula yang mulai buka pukul 09.00 hingga pukul 16.00. Ya soal jam buka-tutup tergantung penjual sih mau buka jam berapa. Jadi Pinusian harus stay pagi sih biar kebagian kuliner yang kalian inginkan.
Pas jam makan siang apalagi perut lagi keroncongan. So pasti berpetualangan di kawasan Surya Kencana asik deh.Berbagai toko berjejer beberapa meter saat memasuki gerbang kokoh tersebut. Ada toko yang menjajakan peralatan rumah tangga. Ada juga yang menjual sepeda.
BACA LAINNYA : Buat yang Kangen Gandasturi, Yuk Bikin Sendiri di Rumah
Mulai dari sepeda anak-anak hingga sepeda gunung. Tak ketinggalan sepeda lipat yang lagi tren karena bisa masuk ke ruang-ruang KRL Commuter Line.
Belakangan toko yang menjual sepeda motor listrik mulai meramaikan kawasan Surya Kencana Bogor.
Baru jalan beberapa meter eh hidung mulai tergoda dengan kuliner khas Surya Kencana apalagi saat menapaki kawasan Gang Aut.
berbagai makanan yang kebanyakan tradisional tersaji di sana. Mulai dari soto kuning, kembang tahu, wedang ronde, lumpia basah, bakso Gang Aut hingga asinan jagung bakar merayu untuk siap disantap. Gila bener nih!
Usut punya usut kawasan Surya Kencana dulu merupakan pusat perniagaan. Perjalanan waktu akhirnya sepotong jalan tua yang menjadi bagian dari De Grote Postweg yang dibangun 1808 atas perintah Gubernur Jenderal Deandles berubah drastis menjadi kawasan Pecinan dan lokasi kuliner yang paling jempolan hingga kini.
Dari semua kuliner yang terdapat di Surya Kencana, Warung Soto Kuning Pak Yusuf paling tersohor.
Setiap akhir pekan jangan ditanya lagi antrean untuk menyantap soto tersebut. Pengunjung rela berdiri dan menunggu giliran hanya untuk memanjakan lidah dengan harga yang tidak lebih dari Rp40 ribuan.
Ternyata tidak cuma soto kuning yang menjadi kuliner ciri khas kawasan Surya Kencana. Masih bejibun kuliner di sana lho!
BACA LAINNYA: 5 Manfaat Daun Pepaya bagi Kesehatan
Ada taoge goreng yang enak banget. Renyah dan suwer tak ada dua nya. Belum lagi ada Martabak Encek yang harganya tak lebih dari Rp60 ribu. Harga tergantung kandungan isi martabak.Talas rebus yang dihiasi gula merah dan kelapa parut.
Bagaimana dengan lumpia basah. Wah soal kuliner yang satu ini jangan ditanya lagi deh. Apalagi yang berada di kawasan Gang Aut. Wah pokoknya nikmat banget.
Selain itu, ada juga Es Pala Pak Ujang. Tenggorokan seperti disapu minuman yang bikin seger. Tak sampai di situ, minuman bir kotjok pun menghiasi trotoar di Surya Kencana. Minuman tradisional yang sudah kondang di Kota Hujan Bogor.
Tidak cukup sampai di situ. Ada kuliner lainnya. Apa tuh? Ada Combro Atmajaya. Ada pula Laksa Bogor yang dibanderol tidak lebih dari Rp15 ribu hingga Rp20 ribu. Belum lagi ada Bakso Kikil Pak Jaka seharga Rp25 ribu hingga Rp30 ribu. Belum lengkap rasanya jika pengunjung tidak menyantap Sate Sumsum Pak Oo.
Nah mau apa lagi nih Pinusian. Ayo pelesiran ke kawasan kuliner Surya Kencana. Nggak rugi deh. Dijamin deh itu lidah bisa menari-nari di antara sajian kuliner yang ternyata tidak ada matinya.(Norman Meoko)
Editor: Cipto Aldi