Anak yang memiliki kakak atau adik seringkali dihadapkan dengan pertengkaran. Namun, uniknya, pertengkaran ini bukanlah bentuk dari membenci satu sama lain, melainkan ungkapan cinta dan kasih sayang.
Banyak pula yang enggan mengungkapkan secara gamblang bahwa sebenarnya mereka juga menyayangi saudaranya. Untuk menggantikan ungkapan itu, biasanya mereka justru menjahili, mengejek, hingga mengomeli saudaranya
Dalam The Guardian, Psikolog sekaligus penulis My Dearest Enemy, My Dangerous Friend, Dorothy Rowe mengungkapkan semua hubungan saudara didasarkan pada rasa saling melindungi.
Itulah alasan saudara yang lebih tua biasanya lebih sering mengomeli adiknya. Sebenarnya, mereka hanya ingin melindungi saudara kecilnya itu, namun dengan cara yang lebih keras. Dan, terkadang sang adik yang tak memahaminya justru merasa kesal.
Melansir New York Times, sebuah studi menunjukkan bahwa konflik saudara dapat terjadi hingga delapan kali dalam satu jam. Penelitian lain menemukan bahwa saudara perempuan cenderung paling dekat, sementara memiliki saudara laki-laki berpotensi konflik paling besar.
Konflik memang berkurang pada masa remaja; itu seperti menurun,” kata Mark Ethan Feinberg, seorang profesor riset kesehatan dan pembangunan manusia di Universitas Pennsylvania, dalam sumber yang sama.
Peran Orangtua dalam Pertengkaran Saudara Orang Tua berperan untuk memahami bagaimana hubungan anak mereka berjalan. Apakah pertengkaran yang terjadi masih dalam batas toleransi dan semakin mempererat hubungan mereka atau justru memutus tali persaudaraan.