PINUSI.COM - Hikikomori, fenomena sosial yang muncul di Jepang, merujuk pada individu yang memilih untuk mengisolasi diri secara ekstrim dari interaksi sosial. Dalam video ini, penelusuran dilakukan untuk memahami akar masalah hikikomori dan memperoleh wawasan tentang pengaruhnya di masyarakat.
Mengenal Hikikomori
Hikikomori, yang artinya mengisolasi diri, tidak hanya mencakup isolasi fisik, tetapi juga penarikan psikologis yang ekstrim. Seringkali, individu yang mengalami hikikomori menghindari interaksi sosial dan mengurung diri dalam kamar selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Sejarah dan Perkembangan
Fenomena hikikomori pertama kali diperhatikan pada tahun 1990-an, ketika Jepang mengalami masa sulit secara ekonomi. Banyak anak muda mengalami kesulitan mencapai tujuan mereka, dan beberapa memilih untuk menarik diri dari masyarakat sebagai bentuk pelarian dari tekanan sosial.
Akar Masalah Hikikomori
Setelah riset mendalam, tiga akar masalah utama muncul sebagai penyebab terjadinya hikikomori di Jepang:
Tekanan Akademik dan Pekerjaan:
Sistem pendidikan yang kompetitif dan tekanan untuk berhasil dalam karir masa depan dapat menciptakan beban yang berat bagi individu. Kegagalan dalam mencapai standar dapat menyebabkan stigma sosial dan kegagalan dalam kehidupan.
Norma Sosial dan Budaya Konformitas:
Budaya konformitas di Jepang membuat individu merasa perlu untuk menyesuaikan diri dengan standar masyarakat. Ini dapat menciptakan tekanan psikologis yang signifikan, terutama bagi mereka yang merasa tidak sesuai atau berbeda.
Pola Asuh dan Status Ekonomi Keluarga:
Keluarga kelas menengah, yang mampu memberikan dukungan finansial kepada anak-anak mereka, seringkali memiliki harapan yang tinggi. Pola asuh yang overprotektif atau lembut dapat menciptakan stres berlebih pada anak-anak.
Belajar dari Jepang
Artikel ini menyarankan beberapa langkah untuk mengatasi masalah hikikomori, termasuk:
Ngeset Ekspektasi:
Menetapkan ekspektasi realistis terhadap diri sendiri tanpa menetapkan standar yang terlalu tinggi atau rendah.
Pentingnya Life Skills:
Mendorong pendidikan life skills, terutama di tingkat pertama, untuk membantu individu mengatasi tekanan budaya dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka.
Konsultasi Profesional:
Mendorong individu yang mengalami masalah kesehatan mental untuk mencari bantuan profesional, seperti konsultasi dengan psikolog atau mentor yang bersertifikasi.
Hikikomori tidak hanya menjadi isu kesehatan mental tetapi juga mencerminkan permasalahan sosial dan budaya yang lebih luas. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang akar masalahnya, langkah-langkah dapat diambil untuk mencegah dan mengatasi fenomena ini, menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan mendukung.