Mantan Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno Siap Diperiksa Terkait Kasus Dugaan Pelecehan Seksual
Edie Toet Hendratno, mantan Rektor Universitas Pancasila, dipastikan akan menghadiri sesi pemeriksaan sebagai saksi terduga, Selasa (5/3/2024). Foto: Google
PINUSI.COM - Edie Toet Hendratno, mantan Rektor Universitas Pancasila, dipastikan akan menghadiri sesi pemeriksaan sebagai saksi terduga, Selasa (5/3/2024).
Pemeriksaan terkait laporan yang diajukan oleh DF, salah satu korban yang mengaku mengalami pelecehan seksual.
Faizal Hafied, penasihat hukum Edie, menegaskan kesiapan
kliennya untuk mengikuti panggilan pemeriksaan tersebut, pada pukul 10.00
WIB.
Baca Lainnya :
"Beliau akan hadir jam 10.00 WIB," ungkap
Faizal mengonfirmasi.
Faizal juga menambahkan, Edie berkeinginan menjernihkan segala kesalahpahaman yang beredar, dan mengembalikan reputasi yang
baik.
Edie, melalui penasihat hukumnya, berencana menyajikan bukti yang akan membantah klaim dugaan pelecehan seksual yang
dialamatkan kepadanya.
"Pasti (ada bukti). Nanti kami sampaikan,"
tegas Faizal.
Sebelumnya, Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi menginformasikan tentang rencana pemeriksaan Edie sebagai saksi terduga pada tanggal yang sama.
Ade Ary menjelaskan, Edie sebelumnya telah
dilaporkan ke Bareskrim Polri pada 29 Januari 2024 oleh DF, laporan tersebut kemudian dialihkan ke Polda Metro Jaya untuk penanganan lebih
lanjut.
Sementara, Amanda Manthovani, penasihat hukum korban,
mengungkapkan modus operandi yang diduga dilakukan oleh Edie terhadap DF, yang
berlangsung pada 9 Desember 2022.
Baca Lainnya :
Menurut Amanda, DF diminta bertemu Edie di
kantornya. DF lalu ditinggalkan sendirian dengan Edie, yang
kemudian diduga melakukan pelecehan seksual.
Edie Toet Hendratno telah angkat bicara mengenai
tuduhan yang dihadapinya, mengaitkannya dengan konflik internal terkait
pemilihan rektor di Universitas Pancasila.
Dia menduga tuduhan tersebut bermotif politik,
bertujuan untuk menggagalkan potensi perpanjangan masa jabatannya sebagai
rektor.
Edie menyebutkan, sebelum proses pemilihan
berlangsung, ia telah mendapatkan tawaran dari yayasan untuk memperpanjang masa
jabatannya, yang mana hal ini mungkin telah menimbulkan ketidakpuasan dari
pihak-pihak tertentu yang berambisi untuk menduduki posisi tersebut.
"Mungkin mereka enggak suka, jadi akhirnya terjadilah seperti ini."
"Selama dua bulan ini saya mendapat hinaan, cercaan, tuduhan yang sangat tidak beretika, dan itu tidak saya lakukan sama sekali."
"Tetapi memang saya menjadi sasaran untuk kegiatan ini, yaitu kegiatan yang sedang berjalan di UP pemilihan rektor," jelas Edie mengenai situasi yang dihadapinya. (*)
Editor: Yaspen Martinus
Penulis: Ade Irfa Avitri