PINUSI.COM - Beruntungnya masyarakat yang berada di Desa Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ketika Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI mulai melirik usaha budidaya ikan nila milik warga desa setempat. Kehadiran program Smart Fisheries Village (SFV) di tengah-tengah warga telah berhasil membuat panen ikan nila jumlahnya menjadi bertambah hingga berkali-kali lipat.
"Sebelum program SFV masuk sini yang tadinya panen nila cuman bisa 1 kali dalam 1 tahun, sekarang sudah bisa panen sekitar 2-3 bulan. Dulu setiap kali panen, 1 kolam hanya bisa dapat 100 kg ikan nila, sekarang sudah bisa 3 kwintal per hari ," kata Iim.
Berdiri dari sejak tahun 2019 hingga sekarang, dan ada terdapat 10 kelompok yang ikut bergabung di dalam SFV Kampung Nila Kawali, membuat pundi-pundi rupiah mengalir deras masuk kedalam pendapatan bulanan warga desa.
Baca Juga: Uniknya Berkunjung Ke SFV Kampung Nila Kawali Di Ciamis, Jawa Barat
Karena berkat garapan tangan dingin Kementerian Kelautan dan Perikanan, masyarakat setempat bisa meraup omset penjualan ikan nila hingga menyentuh angka Milyaran Rupiah per tahun.
"Rata-rata penjualan ikan konsumsi per 1 hari bisa 3 kwintal dan harga jual ikannya sekitar 32.000 per kg, jadi omset per 1 hari nya disini adalah Rp. 9.600.000 lalu dikalikan sebulan Rp. 270.000.000 maka omset per tahunnya bisa 3,2 M per tahun. Itu baru hitungan ikan konsumsinya saja belum pemasukan produk lain dari olahan desa," jelasnya.
"Hari ini kita lagi bangun bangunan yang namanya 'Sarana Pasca Panen' bantuan dari Ditjen PDSPKP Poklahsar Bojongsari. Jadi nanti disini jadi tempat untuk bersihin ikan lalu kasih bumbu ke ikannya dan kemudian langsung masuk di freezer jadi produk frozen," ungkap Pendiri SFV Kampung Nila Kawali Ciamis, Iim Gala Permana kepada redaksi PINUSI.COM melalui sambungan telepon, Kamis (29/8/2024).
Baca Juga: Ketua KUB Batam: Berkat KKP, Nelayan Jadi Mandiri Dan Punya Kapal Besar
Banyaknya ketidaktahuan warga desa akan pengelolaan ikan nila yang benar hingga bagaimana memasarkan produknya dengan baik, membuat KKP RI membikin sebuah terobosan baru dengan menggunakan model pengembangan yang bersifat komprehensif.
"Kami warga desa tidak memiliki ilmu perikanan yang mumpuni mulai dari pembenihan, budidaya, pemanenan, pemasaran, termasuk pengolahan ikan dengan menggunakan teknologi sehingga membuat rasa dari daging ikan nilanya terasa berbeda dari ikan kebanyakan yang dijual diluaran, tapi sekarang jadi tahu banyak. Kami berharap kolaborasi ini bisa terus berjalan sehingga benar-benar bisa mandiri seutuhnya," harapnya.
"Kita ibu-ibu di Poklahsar Kubis juga jadi belajar banyak tentang bagaimana membuat produk olahan dari ikan nila. Dalam 1 bulan pendapatan kami bisa mencapai Rp. 2 juta," jawab Bidang Pemasaran dan Promosi, Yosiani kepada redaksi