PINUSI.COM - Kehidupan perekonomian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan di laut menjadi fokus utama pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI.
Dan bentuk perhatian KKP RI dengan memberikan bantuan fisik kepada para nelayan tidak hanya berpusat di pulau Jawa saja melainkan juga kepada para nelayan yang tinggal di ujung kepulauan seperti di Batam, Kepulauan Riau.
"Dulu sebelum ada bantuan dari KKP, nelayan-nelayan di Batam hanya bisa melaut dengan menggunakan kapal-kapal kecil sehingga jumlah tangkapan ikannya hanya bisa mencapai ratusan kilo saja, karena kami tidak bisa pergi sampai ke perairan laut dalam. Tapi sekarang tidak lagi, kami bisa menangkap ikan hingga berton-ton karena sudah dapat bantuan kapal besar untuk melaut dari kementerian," cerita Mansar.
Karena masih tergolong kategori nelayan tradisional, diakui oleh Mansur bahwa karakteristik nelayan di wilayahnya memang berbeda dari nelayan yang ada di pulau Jawa.
Oleh sebab itu, Dinas Perikanan setempat mengajak para nelayan untuk membentuk sebuah kelompok di masing-masing kecamatan.
"Kalau yang saya lihat, di Jawa itu mereka melaut berkelompok dimana dalam 1 kapal berisi 4-5 nelayan, sementara di kita tidak bisa. Kalau mau menangkap ikan, udang, dll ya secara sendiri-sendiri atau individu. Karena melihat sikonnya yang seperti itu, maka dinas perikanan KKP meminta kami untuk membentuk kelompok yang bisa meningkatkan pendapatan nelayan," akunya.
Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang di inisiasi oleh KKP RI di tengah-tengah keberadaan para nelayan tradisional yang ada di Batam, memang berbuah manis.
Karena pasalnya, selain terbukti dapat meningkatkan taraf hidup para nelayan, salah satu bentukan KUB yang ada disana juga telah menjadi pusat percontohan se-Indonesia karena telah menjadi rekomendasi kementerian.
"KUB berisikan 10-20 nelayan, dan saya mulai ikut tergabung di dalamnya dari tahun 2011. Sebelum dibentuknya KUB oleh Dinas Perikanan KKP, yang saya tahu jumlah nelayan di kecamatan Hinterland ada 10 ribu nelayan, dan sekitar 9 ribu nya masuk ke dalam KUB, jadi total ada 700 KUB di 9 kecamatan yang tercatat di dinas. Dari KUB inilah akhirnya kami bisa mendapatkan 19 kapal besar yang ukurannya diatas 30 Gross Tonnage (GT) dari KKP RI," jawab Ketua KUB Multi Karya Batam, Mansar secara eksklusif kepada redaksi PINUSI.COM melalui sambungan telepon, Sabtu (17/8/2024).
"Dengan adanya program pemberdayaan nelayan dari KKP bikin harga ikan jadi stabil, lalu jumlah hasil tangkapan ikan jadi naik 2 kali lipat berkat kapalnya yang besar karena yang tadinya hanya bisa melaut 1 hari sekarang jadi 1 minggu, dan bisa di ekspor juga ke negara tetangga. Sebenarnya bantuan kapal yang diberikan oleh kementerian adalah modal kerja nelayan yang mana harus dibalikin 100% ke tabungan KUB, dan kelompok kami menjadi pusat percontohan pemberdayaan nelayan se-Indonesia," ungkapnya.
Meningkatnya pendapatan para nelayan di program Pemberdayaan Nelayan yang dijalankan oleh KKP RI membuat mereka menjadi mandiri.
"Kemarin itu kami sempat berdiskusi dengan dinas perikanan dan pemda untuk memperluas gerai nelayan yang sudah ada. Jadi para anggota KUB bisa membeli alat tangkap nelayan di wilayah terdekatnya mereka," tutupnya.