search:
|
PinFood&Travel

Kopi Susu Tetangga, Berawal dari Mengamati Kesenangan Masyarakat Terhadap Es Cendol Pakai Gula Aren

ragil dwisetya utami/ Selasa, 16 Jan 2024 12:30 WIB
Kopi Susu Tetangga, Berawal dari Mengamati Kesenangan Masyarakat Terhadap Es Cendol Pakai Gula Aren

Mimpi Kopi Tuku adalah menjadi wadah petani-petani kopi lokal, menggunakan 100% biji kopi lokal dalam berbisnis. Foto: Instagram@tokokopituku


PINUSI.COM - Misi Toko Kopi Tuku adalah meningkatkan konsumsi kopi di Indonesia.

Berdasarkan data terbaru, konsumsi kopi masyarakat Indonesia pada 2018 mencapai 72 ton per tahun.

Meski jumlahnya besar, Indonesia masih bergantung pada biji kopi impor.

Hal ini sangat disayangkan, sebab kopi-kopi asli Nusantara pun rasanya tak kalah enak.

Mimpi Kopi Tuku adalah menjadi wadah petani-petani kopi lokal, menggunakan 100% biji kopi lokal dalam berbisnis.

Di awal berdirinya, bisnis Kopi Tuku masih benar-benar kecil. Sebagian besar dikerjakan sendiri, dan pegawai yang dipekerjakan pun masih sangat sedikit.

Saat itu, Diana Frances, Manajer Bisnis Toko Kopi Tuku, benar-benar ingin toko kopi kecilnya berkembang, dan karenanya memberanikan diri bertanya sana-sini kepada para tetangga, yang merupakan pelanggan sekaligus penikmat kopinya.

Hasilnya, masyarakat lebih menyukai kopi yang dicampur susu, dengan rasa manis.

Mengamati kesenangan masyarakat terhadap es cendol yang memakai gula aren, owner berpikir untuk mengombinasikannya dengan kopi.

Percobaan dimulai dengan meracik kopi gula aren, dan memberikannya ke tetangga-tetangga sebagai tester.

Setelah empat bulan, akhirnya ia berhasil menemukan formula racikan yang benar-benar enak dan menjadi ciri khas Kopi Susu Tuku atau yang dikenal Kopi Susu Tetangga hingga sekarang. 

Selama pandemi, justru penjualan kopi di Toko Kopi Tuku berkembang pesat.

Padahal, awalnya mereka hanya ingin survive di kondisi tersebut, tanpa harus memecat atau mengurangi bayaran pegawai. 

Namun, bagi Diana dan tim Kopi Tuku, yang terpenting adalah seberapa cepat dan pandai kita beradaptasi dengan kondisi ini.

Makin cepat kita bergerak, tentu makin bagus. Mulai dari bulan Maret 2020, tim langsung berpikir cepat dan mengeluarkan produk kopi literan.

Sebelumnya, mereka memang sudah mengadakan observasi kecil perihal kebiasaan pelanggan selama membeli kopi.

Banyak dari mereka yang membungkus tiga hingga empat gelas kopi untuk dibawa pulang.

“Kita jadi berpikir, apa mungkin dibuat saja versi satu liternya dalam botol agar lebih praktis jika mereka ingin ngopi di rumah ya?” Ungkap Diana. (*)



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: ragil dwisetya utami

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook