search:
|
PinTertainment

Pertama Kalinya dalam Sejarah, Arab Saudi Bakal Ikut Ajang Miss Universe 2024

ragil dwisetya utami/ Jumat, 29 Mar 2024 14:30 WIB
Pertama Kalinya dalam Sejarah, Arab Saudi Bakal Ikut Ajang Miss Universe 2024

Rumy Qahtani bakal mewakili Arab Saudi pada kontes Miss Universe 2024. Foto: Instagram@rumy_qahtani


PINUSI.COM - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Arab Saudi akan punya wakil di kontes kecantikan Miss Universe tahun ini, seiring dengan langkah kerajaan konservatif tersebut menuju reformasi hak-hak perempuan. 

Mengutip dari laman Al - Monitor, Kamis (28/3/2024), Rumy al-Qahtani, seorang model dari Arab Saudi berusia 27 tahun dan influencer media sosial, akan mengambil bagian dalam kontes kecantikan global, yang berlangsung di Meksiko pada September 2024.

Kabar debutnya di Miss Universe diungkapkan Qahtani dalam postingan di akun Instagram miliknya

“Saya merasa terhormat bisa berpartisipasi dalam kompetisi Miss Universe 2024."

"Ini merupakan keikutsertaan pertama Kerajaan Arab Saudi dalam kompetisi Miss Universe,” tulis @rumy_alqahtani, Senin (25/3/2024).

Qahtani adalah veteran kontes kecantikan, dan aktif berbagi dengan 1 juta pengikutnya, tentang perjalanan dan partisipasinya dalam berbagai kompetisi kecantikan.

Dia telah memenangkan beberapa kontes, sejak dinobatkan sebagai Miss Arab Saudi pada 2021, termasuk gelar Miss Middle East dan Miss Arab World Peace.

Menurut majalah wanita Laha, Qahtani lahir di Riyadh dan memiliki gelar di bidang kedokteran gigi.

Dia juga fasih berbahasa Arab, Prancis, dan Inggris. 

Debut Arab Saudi di Miss Universe menandai tonggak sejarah lain bagi negara Islam tersebut, dalam upayanya untuk lebih terbuka terhadap dunia barat.

Sejak ia diangkat menjadi putra mahkota pada Juni 2017, Putra Mahkota Mohammed bin Salman mempelopori beberapa langkah untuk mempromosikan kesetaraan gender di kerajaan tersebut berdasarkan Visi 2030, yang bertujuan memperkenalkan reformasi sosial dan budaya serta transformasi digital, untuk memodernisasi masyarakat Saudi dan mendiversifikasi masyarakat berbasis ekonomi minyak.

Sebuah terobosan besar dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, Arab Saudi pada Juni 2018 mencabut larangan mengemudi bagi perempuan yang sudah lama ada. 

Awal tahun itu, pada April 2018, perempuan diizinkan menghadiri konser berbasis  gender pertama di kerajaan tersebut.

Kemudian, pada 2019, Raja Saudi Salman bin Abdul-Aziz Al Saud menandatangani undang-undang yang tidak lagi mengharuskan perempuan mendapatkan izin laki-laki untuk bepergian atau mendapatkan paspor. 

Namun, meskipun ada reformasi yang terlihat jelas, kelompok hak asasi manusia terus melaporkan diskriminasi dan pelanggaran hak-hak perempuan di kerajaan tersebut.

Baru-baru ini, Amnesty International meminta negara-negara anggota PBB meninjau kembali keputusan mereka menunjuk Arab Saudi sebagai ketua forum hak-hak perempuan PBB dalam pertemuan tahunan Komisi Status Perempuan PBB.

“Rekor buruk Arab Saudi dalam hal perlindungan dan pemajuan hak-hak perempuan menyoroti kesenjangan besar antara kenyataan hidup yang dialami perempuan dan anak perempuan di Arab Saudi, dan aspirasi Komisi,” ucap Wakil Direktur Advokasi Amnesty International Sherine, dalam siaran pers pekan lalu.

Arab Saudi berada di peringkat 131 dari 146 negara, dalam Indeks Kesenjangan Gender Global yang dirilis oleh Forum Ekonomi Dunia pada 2023. (*)



Editor: Yaspen Martinus
Penulis: ragil dwisetya utami

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook