PINUSI.COM - Kanal Banjir Barat dan Timur, masih jadi andalan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, dalam mengatasi dan memanajemen debit air, agar tidak membanjiri Ibukota. Nampaknya, Pemprov harus mulai mempertimbangkan untuk mencari solusi lain, pemanfaatan teknologi bisa jadi alternatif opsi.
Memang terbilang sebagai investasi infrastruktur yang cukup mahal namun layak untuk memperjuangkannya. Mengingat kerugian dari banjir setiap tahunnya juga tidak sedikit. Berikut inovasi teknologi anti banjir untuk perkotaan.
Water-Gate & WIPP
Selandia Baru adalah negara yang sudah menerapkannya. Water-Gate merupakan sebuah alat reaksi cepat anti banjir. Ia fungsinya sama seperti karung pasir saat banjir, yaitu sebagai tanggul darurat. Inovasi ini terbuat dari PVC, mudah bongkar pasang, gulung dan menyambungkan.
Cara kerjanya sederhana. Awalnya alat ini rata dengan tanah, namun ketika air banjir datang, tekanan air ini mendorong Water-Gate ini membuka seperti kipas dan terciptalah tanggul. Penggunaan Water-Gate bisa berulang-ulang bahkan mengerjakannya butuh sedikit orang. Bisa peletakannya di sungai, jalan raya, akses jalan perumahan dan lokasi lain yang membutuhkan alat menahan air banjir.
Sementara WIPP atau Water Inflated Property Protector adalah tanggul air portabel untuk menggantikan fungsi karung pasir. Inovasi ini adalah kantung polyester berlapis vinyl berukuran besar dan bisa disambung-sambung. Cerdiknya, kantung ini tinggal diisi oleh air banjir dan jadilah tanggul.
Maeslant Storm Surge Barrier
Kalau mau berguru soal banjir, Belanda lah jagonya. Salah satu infrastruktur besar di sana untuk menahan banjir adalah Maeslant Storm Surge Barrier atau Maeslantkering di Rotterdam. Tercipta pada tahun 1997, Maeslant Storm Surge Barrier adalah pintu gerbang raksasa untuk menutup kanal dari ancaman banjir.
Cara kerjanya, ketika permukaan air naik, sensor bahaya akan menyala. Lalu gerbang pelan-pelan akan menutup dari pinggir sungai dengan cara menggesernya. Gerbang ini kemudian isi dengan air sebagai pemberatnya. Maka, terciptalah bendungan di sungai.
Aquobex Flood Guard & Thames Barrier
Inggris menggunakan inovasi teknologi pencegah banjir ini di rumah-rumah. Aquobex ini adalah penahan air yang bisa dipasang di pintu-pintu rumah, sehingga air banjir tidak masuk ke dalam rumah. Aquobex diterapkan di wilayah yang langganan banjir, mudah dipasang dan bisa dipakai berulang-ulang. Fungsinya sama seperti karung pasir untuk menjadi tanggul air sementara.
Sungai Thames di London, Inggris ternyata juga suka banjir. Oleh karena itu Inggris juga menciptakan teknologi penahan banjir seperti di Belanda. Yang membedakan adalah cara kerjanya. Thames Barrier memakai gerbang dari baja hollow dengan sistem diangkat, bukan digeser seperti di Belanda. Saat ada ancaman banjir, gerbang akan muncul dari bawah air untuk mencegah London kebanjiran. Teknologi ini sudah ada dari 1984 dan lebih dari 100 kali melindungi London dari banjir.
Opti
Inovasi ini digunakan oleh Amerika Serikat. Opti bukanlah alat atau infrastruktur besar. Melainkan startup yang mengolah software manajemen data untuk memetakan dan mengoptimalkan sistem drainase yang terkomputerisasi.
Software pada Opti akan mengawasi ramalan cuaca dan memperkirakan banjir saat terjadi badai. Saat ini, Opti dipakai di 130 kota di Amerika Serikat. Opti fokusnya meminimalisir kerusakan banjir jika sampai terjadi.
LiDAR Flood Risk Mapping
Sungai Chao Phraya di Kota Bangkok, Thailand ternyata juga punya risiko banjir. Sebagai antisipasi, digunakan lah teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) untuk mitigasi bencana banjir. Fungsi LiDAR untuk membuat peta elevasi 3D. Dari itu bisa memuat model elevasi yang sangat akurat di area tertentu Kota Bangkok yang rawan banjir. Selain itu, Pemerintah Bangkok juga memakai drone untuk memantau jaringan drainase kota untuk mendeteksi ancaman mampet. Misalnya, potongan pohon tersangkut di pipa drainase kota.