PINUSI.COM - Penularan Omicron di DKI Jakarta beberapa minggu belakangan ini terus meranjak naik. Itu sebabnya, kenali gejala awal varian yang gampang menular itu. Apalagi, sangat berbeda dengan gejala awal varian Delta yang lebih mematikan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Indonesia pasti akan mengalami puncak kasus varian Omicron. Karena itu, masyarakat harus mesti waspada mengingat puncak kasus Omicron di Negara lain bisa 2-3 kali atas varian Delta.
"Kami masih belum tahu, berapa jumlahnya pada saat puncak kasus (Omicron), akan terjadi di Indonesia. Perkiraan kami, puncak akan terjadi di akhir Februari," katanya, dikutip dari akun Facebook Kemenkes, Selasa (1/2/2022).
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengatakan, kebanyakan pasien varian Omicron yang dirawat di tempat ia bertugas, RS Persahabatan, menunjukan gejala batuk dan nyeri tenggorokan. Gejala awal varian Omicron berbeda dengan varian Alpha, Beta dan Delta.
Setelah terpapar ketiga varian itu, mulanya pasien akan mengalami demam. Hal itu tidak akan dirasakan oleh pasien Omicron.
"Berbeda dengan Alpha, Beta, dan Delta biasanya entry point-nya 90 persen demam. Di rumah sakit kami, demam hanya 18 sampai 20 persen untuk pasien Omicron," kata Erlina.
"Kemudian, juga tidak ada sesak, tidak ada yang butuh Oksigen. Artinya, tidak ada kerusakan pada paru-paru," tambah Erlina.
Erlina juga menjelaskan, hal itu terjadi lantaran relokasi tempat perkembangbiakan virus SARS-COV-2 yang telah bermutasi pada varian Omicron di saluran pernapasan atas.
"Jadi enggak sampai kebawah. Kalau sampai, sedikit saja (kasusnya), enggak sampai 20 persen. Itu mengapa gejalanya hanya ringan-ringan saja. Gejala yang khas batuk, nyeri tenggorokan, atau tenggorokan gatal," tambahnya.
Sehingga, Erlina berpesan, jika masyarakat merasakan gatal dan nyeri tenggorokan juga batuk, segera memeriksakan diri.
"Itu kondisi saat ini yang kita curigai sebagai Omicron. Enggak sampai Demam, jadi jangan menunggu demam. Apalagi, kalau ada riwayat (kontak) dengan (pasien) Omicron, segera periksakan diri," ujar Erlina.
Sementara untuk gejala sedang hingga berat dan kritis, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril mengatakan, tergantung keparahannya. Dia mengungkapkan, beberapa gejala yang muncul adalah kesulitan bernapas dan gangguan pada sistem pencernaan.
"Intinya, paling besar serangan pada sistem saluran napas," ungkap Syahril.
"Sehingga, kalau dia masuk (dengan gejala) berat bahkan kritis, perlu pertolongan oksigen, yakni dengan High Flow Nasal Cannual (HFNC). Itu tekanannya sangat tinggi. Bahkan kalau sudah masuk kritis, pasien harus menggunakan Ventilator," tambah Syahril. (FE)