Nikita Mirzani: Film Dirty Vote Adalah Black Campaign Versi Akademis
![Nikita Mirzani: Film Dirty Vote Adalah Black Campaign Versi Akademis](https://asset.pinusi.com/foto_berita/thumb_8001707799351Snapinsta_app_407846050_18029066800778573_7969756096029230624_n_1080.jpg)
Nikita Mirzani menilai film Dirty Vote adalah bentuk fitnah dan kezaliman terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo-Gibran. Foto: instagram@nikitamirzanimawardi_172
PINUSI.COM - Nikita Mirzani tidak terima dengan film Dirty Vote yang viral di media sosial.
Menurutnya, film itu adalah bentuk fitnah dan kezaliman terhadap pasangan calon
presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran
Rakabuming Raka.
Dalam unggahan di Instagramnya, Nikita Mirzani mengkritik film dokumenter yang dibawakan oleh tiga akademisi hukum, yaitu Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar.
Baca Lainnya :
Ia menilai film itu tidak objektif dan cenderung
memojokkan Prabowo-Gibran.
“Film Dirty Vote adalah black campaign versi akademis."
"Bayangkan, pemilu belum dimulai
sudah menuduh curang, dan arahan tuduhan selalu ke Pak Jokowi dan paslon nomor
2,” tulis Nikita Mirzani, Senin (12/2/2024).
Baca Lainnya :
Ia juga menyayangkan film itu tidak membahas soal 31 ribu surat suara yang ditemukan di Malaysia, yang menurutnya merupakan bukti kecurangan pemilu.
Ia
mempertanyakan apakah film itu tidak merusak Pemilu 2024 dan sistem demokrasi
di Indonesia.
Nikita Mirzani juga menyoroti salah satu adegan film yang menunjukkan salam empat jari, yang diartikan sebagai simbol koalisi antara paslon 1 dan 3 jika terjadi putaran kedua pemilu.
Ia menganggap hal itu sebagai bentuk penghinaan
terhadap Prabowo-Gibran.
“Film
ini mungkin bermaksud mengedukasi rakyat soal hukum di negeri ini, tapi di sisi
lain sejak awal sudah menyudutkan salah satu paslon dan ditayangkan saat masa
tenang Pemilu 2024,” katanya.
Nikita
Mirzani yang dikenal sebagai pendukung setia Prabowo-Gibran, mengaku semakin
yakin paslon 2 sedang difitnah, dianiaya, dan dizalimi. Ia pun tetap
berpegang pada pilihannya.
“Film
ini makin membuat saya yakin, bahwa 2 saat ini sedang difitnah, dianiaya, dan
dizalimi. Tetap nomor 2 di hati,” tegasnya. (*)
Editor: Yaspen Martinus
Penulis: Bianca Michelle Devierro