PINUSI.COM - Beragamnya film horor mancanegara hingga Indonesia, mampu menarik minat penikmat film horor di Tanah Air.
Selain risetnya yang lama dan menguasai karakter yang diperankan, ditambah lingkungannya yang memadai, membuat para filmmaker maupun pemain harus tetap profesional.
Namun, film horor yang beberapa bulan terakhir mengandung unsur Islami, mendapat kritik dari sutradara Gina S Noer.
"Hal yang paling gue suka dalam film Exhuma adalah karakternya percaya sekali dengan belief (baik terhadap diri sendiri ataupun kepercayaan yang dianutnya) dan kemudian belief itu menjadi modal kuat untuk melawan setan yang kuat. Bahkan belief karakter ini kemudian jadi titik tolak masuk bicara soal nasionalisme Korea. Nah, menurut gue masalahnya dengan kebanyakan horor Indonesia yang tema agamanya saat ini adalah sudah masuk ke ranah eksploitasi agama terutama agama islam (mungkin karena mayoritas ya). Kebanyakan film horor menggunakan shalat, doa, zikir, dll cuma jadi plot twist devices murahan untuk jumpscare karakternya diganggu setan. Sehingga kelemahan iman bukan menjadi eksplorasi kritik terhadap keislaman yang dangkal tapi cara dangkal biar cepet seram. Gue gak beriman - iman banget ya, cuma gue sebagai penonton, filmmmaker, dan yang percaya islam agama baik lemah lembut, lama - lama jadi gelisah banget soal ini. Apalagi dengan konteks tingkat literasi masyarakat kita ya. IMO, tanggung jawab filmmaker itu bukan cuma balikin investasi tapi juga soal impact ke kebudayaan masyarakatnya. Ini demand dari penonton... oh sorry banget, film terlaku kita saat ini adalah film komedi yang kebayang ada sebelumnya. Penonton beri demand karena ada yang ngasih, bukan sebaliknya. Islam itu agama yang kitab sucinya aja dibuka dengan janji Allah SWT maha pengasih dan penyayang, pada tengah quran ayatnya umatnya disuruh berperilaku lembut. Lalu ditutup dengan janji jika butuh pertolongan mintalah ke Allah. Dengan logika itu ya, harusnya kan kalau filmmakernya beneran menguak belief karakter gak akan eksploitatif pada agama islamnya. Bahkan pada saat jauh dari iman lho. Tapi sebagai penonton horor nih, gue jarang sekali dapat eksplorasi karakternya. Dan jadinya malah absurd banget, Proses suci menganfankan terus menerus dieksploitasi jadi pocong, cek di sosmed: banyak orang jadi takut shalat karena diganggu setan, zikir pada allah jadi sumber kengerian, dll. Ya salah orangnya dong, kok beriman tergantung film. Ya gimana ya, please check your privilege ga sih? enggak semua orang dapat pemahaman dan pengajaran agama islam yang baik di lembaga pendidikannya dan bahkan keluarganyanya, ya masa kita yang bikin film, yang berkesenian, enggak muncul sama hal ini. Disclaimer, gue ga nunjuk salah satu filmmakernya ya, untuk gue, patutnya ini jadi pr dan pemikiran bersama. karena perihal "agama" di genre horor bisa diganti jadi hal apapun," tulisnya di akun instagram @ginasnoer (22/3/2024).