PINUSI.COM - Ramadan tahun ini telah menjadi saksi bagi sebuah fenomena menarik yang menggema di dunia maya.
Melalui aplikasi TikTok, video-video yang menunjukkan non-Muslim berbondong-bondong memborong takjil telah menarik perhatian netizen dari berbagai kalangan.
Banyak dari mereka yang mengunggah video-video lucu yang menampilkan situasi-situasi kocak, di mana non-Muslim 'meledek' orang-orang Islam yang tengah berpuasa dengan menunjukkan kemampuan mereka untuk membeli takjil lebih awal dan siap menghabiskan jatah takjil.
Tidak hanya itu, beberapa netizen non-Muslim bahkan telah mengungkapkan rencana 'dendam' mereka dengan memborong telur-telur saat Paskah nanti, sebagai bentuk balasan atas 'serangan' takjil yang mereka lakukan di bulan Ramadan ini.
Sontak, fenomena ini pun menjadi viral dan menjadi buah bibir di berbagai platform media sosial.
Namun, yang lebih menarik dari sekadar kehebohan itu sendiri adalah respon dari masyarakat Muslim.
Alih-alih merasa tersinggung atau marah, sebagian besar dari mereka justru merespons tren ini dengan humor dan sikap terbuka.
Tidak hanya menjadi hiburan semata, tren ini memperlihatkan bagaimana toleransi dapat memperkaya pengalaman bersama dalam masyarakat yang beragam.
Salah satu kreator video yang turut serta dalam tren 'pemborongan' takjil ini, dengan akun @priiiscc, bahkan memberikan penjelasan di kolom komentar bahwa takjil yang diborong olehnya akhirnya juga dibagikan kepada orang-orang yang berbuka puasa.
Ini membuktikan bahwa di balik candaan dan keisengan, terdapat nilai-nilai toleransi dan kerukunan yang kuat.
Namun, selain menyenangkan, sikap toleransi juga membawa manfaat besar bagi kesehatan mental seseorang.
Berikut adalah beberapa manfaat dari toleransi bagi kesehatan mental.
1. Mengurangi Stres dan Kecemasan
Toleransi membuat kita hidup berdampingan dengan damai dan harmonis. Ketika kita mampu menerima perbedaan perspektif dan pengalaman, kita cenderung terhindar dari konflik yang melelahkan. Dengan demikian, toleransi dapat mengurangi tingkat stres dan kecemasan yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membangun Resiliensi
Toleransi membantu meningkatkan kemampuan kita untuk bangkit kembali dari situasi-situasi sulit. Ketika kita belajar untuk menerima dan menghargai perbedaan, kita menjadi lebih siap menghadapi tantangan hidup. Ini memperkuat resiliensi kita dalam menghadapi berbagai rintangan dan cobaan yang datang.
3. Memperkuat Empati dan Kasih Sayang
Toleransi memungkinkan kita untuk memahami dan menghargai pengalaman serta perspektif orang lain. Ini membantu kita untuk menjadi lebih empati dan peduli terhadap orang-orang di sekitar kita. Dengan memperkuat empati dan kasih sayang, kita dapat merasa lebih terhubung dengan orang lain dan mengurangi rasa kesepian serta isolasi.
4. Menguatkan Hubungan Interpersonal
Dengan memiliki sikap toleransi, kita dapat lebih mudah membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Ketika kita menerima perbedaan budaya, latar belakang, dan kepercayaan, kita dapat memperluas lingkaran sosial kita dan merasa lebih terhubung dengan orang-orang di sekitar kita.
5. Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Toleransi berjalan seiring dengan kemampuan komunikasi efektif dan keterampilan penyelesaian konflik. Ketika kita terbuka terhadap perbedaan pendapat, kita menjadi lebih baik dalam menyelesaikan masalah dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Dengan demikian, fenomena takjil 'diborong' oleh non-Muslim tidak hanya merupakan sebuah tren yang menghibur, tetapi juga menjadi bukti nyata tentang kekuatan toleransi dalam masyarakat yang beragam.
Semoga fenomena ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk memperkuat sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari, dan dengan demikian, meraih manfaat yang besar bagi kesehatan mental dan kebahagiaan kita. (*)