PINUSI,COM - Grup band Radja kembali menjadi sorotan setelah merilis lagu terbaru mereka berjudul "Apa Sih", yang diduga kuat terinspirasi dari lagu "APT" milik Rosé BLACKPINK dan Bruno Mars. Lagu ini mendapat banyak kritikan karena nadanya dianggap sangat mirip dengan karya aslinya, sehingga memunculkan tudingan plagiarisme.
Bahkan, dua personel Radja, Ian Kasela (vokalis) dan Moldy (gitaris), secara terbuka mengakui bahwa mereka sengaja meniru lagu tersebut. Dalam konferensi pers di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Moldy mengatakan bahwa meniru karya yang baik bukanlah hal yang salah.
"Apa salahnya sih kita meniru yang bagus? Bukan meniru yang jelek," ujar Moldy pada Senin (23/12/2024).
Ian Kasela menambahkan, "Lagian, basic hidup juga meniru, kan? Jadi jangan pernah lupa."
Namun, sikap ini memicu gelombang kritik dari publik, terutama di media sosial. Banyak warganet yang membandingkan Radja dengan musisi lain seperti Ahmad Dhani, yang dinilai lebih inovatif dalam menciptakan karya musik.
Lagu Dihapus dari Spotify
Tidak lama setelah perilisannya, lagu "Apa Sih" dihapus dari Spotify karena menerima teguran terkait plagiarisme. Akun X @IndoPopBase mengonfirmasi bahwa penghapusan ini terkait dengan pelanggaran terhadap hak cipta lagu "APT" oleh Rosé dan Bruno Mars.
Sejumlah warganet pun melontarkan komentar pedas terhadap Ian Kasela dan Moldy.
"Ahmad Dhani masih jadi contoh terbaik buat band di Indonesia. Kalau terinspirasi, harusnya bisa bikin ulang jadi sesuatu yang baru, bukan plek ketiplek notasi chord-nya," tulis akun @akbaraja**.
Ada juga yang menuding bahwa langkah ini hanya strategi Radja untuk mencari sensasi dan meningkatkan popularitas.
Meskipun Moldy sebelumnya sempat mengklaim bahwa mereka tidak melanggar hak cipta, tindakan mereka tetap menuai kecaman. Banyak yang mengingatkan bahwa konsep "ATM" (Amati, Tiru, Modifikasi) harusnya diterapkan dengan cara yang kreatif, bukan hanya meniru mentah-mentah.
Dengan kasus ini, Radja kembali menjadi perbincangan hangat di dunia musik Indonesia. Apakah ini akan menjadi pelajaran untuk mereka, atau hanya strategi untuk tetap relevan?