Melalui pelukan tersebutlah merasa diri mereka dihargai. Pelukan juga sangat bisa membantu mengatur tingkat stress seseorang.
Pinusi.com – Sebuah kisah sedih yang viral dari Malysia, yaitu tentang seorang nenek yang selalu menanti akhir pekan untuk bertemu cucu kesayangannya untuk memeluk cucunya tersebut.
Namun dikarenakan pandemi terjadi, Nenek tersebut sudah tidak bisa memeluk cucunya, bahkan tidak diizinkan bertemu secara langsung dengan siapa-siapa.
Walau dia tetap berkomunikasi dengan anak dan cucunya melalui Zoom dan aplikasi lainnya. Nenek itu tetap sedih dan mulai timbul stress karena merasa sendiri. Nenek itu juga merasa dirinya kurang di hargai.
Touch Hunger
Adapun kondisi dialami oleh cerita nenek di atas adalah sebuah masa di mana dia merasakan kesepian dan menginginkan untuk disentuh.
Touch Hunger adalah kebutuhan untuk disentuh melalui pelukan. Orang yang memerlukan Touch Hunger adalah orang-orang yang membutuhkan perhatian seperti, lansia, anak yang kehilangan orang tua, dan orang dalam keadaan sedih.
Melalui pelukan tersebutlah merasa diri mereka dihargai. Pelukan juga sangat bisa membantu mengatur tingkat stress seseorang.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisa J. van Raalte & Kory Floyd di mana mereka mengatakan bahwa “Daily hugging predict lower levels of two proinflammatory Cytokines”.
Maka dari itu, orang yang menerima pelukan dia akan lebih kurang merasakan peradangan atau sakit di bagian sendi mereka.
Kita juga sering menggunakan pelukan untuk menenangkan seseorang yang sedang sedih ataupun stress. Namun, perlu digaris bawahi bahwa tidak semua orang bisa menerima komunikasi non-verbal seperti itu.
Siapa yang Tidak Bisa Menerima Pelukan?
Orang dengan penyakit tulang seperti Rheumatoid Arthritis (autoimmune and inflamatory disease) atau penyakit tulang tidak bisa dengan mudah kita peluk. Kita harus berhati-hati jangan sampai membuat mereka tersakiti dengan pelukan tersebut.
Kemudian orang dengan autism, mereka tidak suka dengan pelukan. Karena bagi mereka pelukan tersebut membuat dia merasa risih dan tidak nyaman.
Terakhir, juga bagi orang yang memiliki trauma utamanya pada kejahatan seksual. Karena dengan pelukan tersebut bisa membawa memori yang menyedihkan bagi mereka.
Touch Hunger di Masa Pandemi
Di masa pandemi ini tentunya sangat sulit untuk semua pihak utamanya kepada para touch hunger, karena mereka tidak bisa lagi melakukan physical touch.
Penting untuk para touch hunger mencari pengalihan seperti memelihara binatang peliharaan agar tetap bisa merasakan sentuhan dengan makhluk hidup, seperti memelihara kucing di rumah.
Sebuah penelitian mengatakan orang yang sering memeluk bantal adalah orang yang tidak bisa menyalurkan kebutuhan touch hunger-nya dengan tepat. Maka dari itu, perlu untuk kita tetap menjaga kebutuhan physical touch agar dapat mereduksi stress kita. (krn)