Apabila kita bisa aware dengan cara berpikir kita, maka lebih mudah untuk merubah diri kita agar lebih rasional.
Pinusi.com – Pernahkah kalian merasa secara berlebihan memikirkan hal yang tidak rasional? Misalnya selalu menyalahkan orang lain, atau bahkan diri sendiri. Ternyata ada sebuah teori yaitu Cognitive Distortion yang mengekalkan hal ini menjadi sebuah gangguan psikologis.
Gangguan ini bukan hanya sebuah pemikiran yang salah, melainkan menjadi sebuah cara pemikiran yang salah. Pada akhirnya orang dengan gangguan ini akan lebih banyak memikirkan hal-hal yang negatif secara berterusan.
Ide pionir Cognitive Distortion pertama kali dikemukakan oleh Aaron Beck sekitar tahun 60an. Dewasa ini Ahli terus mengembangkan setidaknya ada 10 cara berpikir yang salah dan tergolong di dalam cognitive distortion.
Tiga di antara sepuluh akan dijelaskan pada kesempatan kali ini, karena ketiga hal inilah yang banyak kita temukan di masalah-masalah sosial.
- Filtering
Seringnya kita menepis hal-hal positif dan fokus pada hal negatif. Proses memfilter ini membuat kita terpuruk karena berfokus pada satu kesalahan.
Seperti contohnya saat melihat komentar negatif dalam salah satu laman postingan di media sosial. Kita langsung tertuju melihat hal itu dan mengabaikan hal positif lainnya. Bahkan lebih buruknya kita menganggap bahwa itulah hal yang benar bagi orang lain.
Fokus terhadap hal negatif itu, membuat kita menyalahkan diri. Lebih buruknya lagi hal itu akan membuat kita stress sendiri.
Sebaiknya jangan menggunakan konsep filtering ini, karena kita perlu melihat semua hal secara rasional. “Jangan menyakitkan diri sendiri dengan 1 komentar negatif, sedangkan ada 9 komentar positif yang bisa membangun kita”.
- Personalisation
Kita sering merasa apa yang orang perbuat dan orang perbincangkan adalah diri kita. Merasa kita lah yang sedang dijadikan bahan omongan.
Seperti contoh ketika datang ke kantor, kemudian kita berpapasan dengan atasan yang sedang terlihat kesal. Tak jarang kita langsung merasa bahwa ‘kitalah yang membuat kesalahan’ sehingga dia marah. Cepat menyimpulkan membuat kita menyalahkan diri sendiri dan bersedih.
Kita akan terus berputar dengan pertanyaan‘apa yang sudah aku buat?’. Hal ini tentunya akan membuat kita bersedih bahkan bisa menurunkan kinerja kita di kantor. Sedangkan bisa jadi atasan kita sedang ada masalah pribadi yang tidak ada urusannya dengan kita.
Maka penting untuk tidak mempersonalisasi hal-hal yang belum pasti, karena hal ini dapat berdampak pada penurunan kepercayaan diri dan meningkatkan stress level kita.
- All or Nothing / Black and White Thinking
Orang yang perfectionist belum tentu sampai pada tahap ini, karena orang-orang dengan gangguan ini sangat tidak menyukai kegagalan sekecil apapun.
Fokus orang perfectionist adalah bagaimana dia menyusun strategi agar tidak ada celah untuk gagal ataupun salah, sedangkan fokus orang All or Nothing adalah tidak percaya diri dan kekesalan ketika sudah mendapatkan kegagalan atau kesalahan.
Hal sekecil apapun dari a-z harus perfect dan orang All or Nothing tidak memberikan celah untuk salah. Ketika mereka mendapatkan sebuah kesalahan, maka dia memilih mundur dan tidak percaya diri lagi akan hal itu.
Seperti contoh, dalam ekspektasi hubungan percintaan tentu kita memiliki kriteria tertentu. Kemudian kita bertemu orang baru yang berpotensi untuk menjadi pasangan kita. Namun kita menemukan satu hal kecil yang langsung menjadi fokus utama kita untuk menjelekkan dia. Kita sudah tidak mau lagi melihat hal positif yang ada pada dirinya.
Itulah tadi ketiga konsep ataupun pemikiran yang bisa menjerumuskan kita dengan cara berpikir cognitive disorder. Kalian juga bisa membaca 10 contoh lainnya di laman Healthline, silakan klik link ini
Tak jarang sebenarnya sudah sering kita lakukan. Coba lihat kembali pada diri kita, apakah ada di antara ketiga pemikiran di atas yang masih kita lakukan. Karena apabila kita bisa aware dengan cara berpikir kita, maka lebih mudah untuk merubah diri kita agar lebih rasional. (krn)