Virus SARS-CoV-2 bisa menyebabkan kematian sel sperma, peradangan, dan stress oksidatif
PINUSI.COM – Virus SARS-Cov-2 makin beringas saja. Makhluk berukuran 100-120 nano meter penyebab pandemi Covid-19 ini, awalnya memang diketahui menyerang paru-paru dan organ pernapasan tubuh. Namun perlahan virus ini terus beradaptasi dan bermutasi.
Terkini para peneliti menemukan fakta mengejutkan. Ternyata Covid-19 juga bisa mengakibatkan penurunan kesuburan kaum pria, mengurangi kualitas sperma. Fakta ini tertuang dalam jurnal penelitian Reproduction.
Mengutip CNN, para peneliti menemukan beberapa kasus infeksi Covid-19 terkategori parah. Infeksi ini menghasilkan peningkatan kematian sel sperma, peradangan, dan stress oksidatif. Akibatnya, kualitas sperma menurun drastis. Tidak hanya menurun kesuburan bahkan berpotensi menyebabkan kemandulan bagi pria.
Dalam studi yang tertuang di jurnal tersebut melakukan perbandingan 105 pria subur tak terinfeksi Covid-19 dengan 84 pria subur yang terinfeksi. Penelita menanalisa air mani mereka pada jarak interval 10-60 hari.
Hasilnya, air pria sehat tanpa Covid-19, studi tersebut menemukan peningkatan signifikan pada peradangan dan stres oksidatif terhadap sel sperma milik pria dengan Covid-19. Konsentrasi, mobilitas, dan bentuk sperma mereka juga terpengaruh secara negatif oleh virus.
Sedangkan air mani pria dengan Covid-19, peradangan dan stres oksidatif dalam sel sperma meningkat secara signifikan lebih dari 100 persen dibandingkan dengan kontrol sehat, pengendapan sperma berkurang 516 persen, mobilitas berkurang 209 persen, dan bentuk sel sperma berubah 400 persen.
Tingkat keparahan infeksi juga merupakan faktor yang berkontribusi signifikan dalam mengubah kesehatan sperma. Semakin parah penyakitnya, semakin parah efeknya. "Laporan ini memberikan bukti langsung pertama bahwa infeksi Covid-19 merusak kualitas air mani dan berdampak pada reproduksi pria," kata studi tersebut.
Maka, para peneliti menyimpulkan bahwa perlu menganggap sistem reproduksi pria sebagai jalur yang rentan terhadap infeksi Covid-19 dan karenanya harus ada pernyataan badan kesehatan duni (WHO) tentang hal ini.