Bagi warga Tiongkok, Covid-19 tak sepenuhnya buruk meski masalah kesehatan mental meningkat
Tiongkok erat kaitannya dengan Covid-19, karena merupakan lokasi ditemukannya SARS-CoV-2 untuk pertama kali, Desember 2019 silam. Virus penyebab pandemi Covid-19 di seluruh belahan dunia ini, mampu menghasikan efek domino ke sendi-sendi kehidupan masyarakat negeri tirai bambu.
China Daily dan DX Doctor (DXY) platform berbagi informasi kesehatan, baru-baru ini, mengadakan survei daring kepada 56.196 warga Tiongkok. Hasilnya mengejutkan, tidak semua warga Tiongkok yang memandang pandemi menyebabkan perubahan negatif, ada juga yang memandang pandemi membawa perubahan positif.
Sebanyak 29 persen responden mengatakan pandemi berdampak negatif pada gaya hidup mereka, sementara 42 persen melaporkan pengaruh positif. Sebanyak 12 persen responden mengatakan pandemi ini berdampak negatif pada ikatan keluarga, sementara 29 persen melihat pengaruh positif.
Sejatinya, tujuan survei ini lebih luas lagi. Untuk bisa mendapatkan gambaran umum tentang kesehatan wargan Tiongkok dalam segala aspek kesehatan. Ternyata bagi warga Tiongkok, kesehatan fisik tetap menjadi prioritas tertinggi.
Sementara kesehatan mental semakin diperhatikan. Selama dua tahun berturut-turut, kesehatan mental menempati urutan pertama di antara masalah kesehatan masyarakat, terutama di kalangan kaum muda. Gaya hidup, pekerjaan, dan kondisi ekonomi adalah tiga faktor utama yang mempengaruhi.
Sebanyak 98 persen responden mengaku terganggu dengan masalah kesehatan mental mereka, dengan tiga permasalahan utama seperti masalah emosional, kondisi kulit yang parah, dan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh.
Oleh sebab itu, permintaan publik terhadap konseling online meningkat signifikan selama pandemi ini. Sebagian besar responden mengatakan mereka memilih konseling online karena kemudahan dan responnya yang cepat. Penduduk kota tingkat ketiga dan keempat juga mendapat manfaat dari konseling online.