PINUSI.COM - Yudha Bhakti Permana atau dikenal nama panggung Tunas Muda, mengawali karir bermusiknya dengan format solo pada tahun 2015 dengan menciptakan lagu berjudul “Berbahasa”. Lagu “Berbahasa” yang bercerita tentang lunturnya budaya fundamental masyarakat Indonesia yaitu tegur sapa menjadi keresahan bagi seorang Yudha.
Lagu tersebut tercipta saat ia mengenyam bangku pendidikan pada tingkatan perguruan tinggi dan melihat budaya senioritas yang cukup tinggi, yang kemudian mengancam hilangnya budaya leluhur yaitu budaya tegur sapa, hal itu membuatnya resah hingga menulis sebuah lagu yg ia beri judul “Berbahasa”.
Saat ditemui tim jurnalis Pinusi.com, Rabu (02/02/2022), Yudha Bhakti Permana menceritakan bagaimana perjalanan Tunas Muda melahirkan lagu-lagu yang bernuansa filsafat cinta. Tak heran lagu tersebut segmentasinya dapat menembus berbagai kalangan, pelantun lagu berbahasa ini membuat beberapa telinga terhopnotis dengan lirik yang dipadukan dengan alunan musik yang lembut dan meneduhkan, ini menjadi satu senjata ampuh untuk mengendalikan emosi sasarannya.
Boleh dijelaskan apakah Tunas Muda merupakan sebutan bagi project Solois seorang Yudha atau nama sebuah group musik (band)?
“Tunas Muda hanya sekadar nama, dibilang nama band bukan, dibilang nama solois juga bukan, Ya mungkin sebatas nama panggung saja. Saat ini banyak teman-teman juga yang berkecimpung disana, dengan kata lain Tunas Muda dapat dikatakan sebagai rumah tanpa bangunan yang menaungi keluarga yang heterogen. Selain musik, akhir-akhir ini Tunas Muda juga membersamai dan dibersamai dengan teman-teman Gusdurian Depok dan salah satu orangnya adalah abang kita, Bang Mansyur Alfarisyi atau yang biasa akrab dipanggil Bang Pacun, beliau salah satu founder dari Rahlia TV (Rahmatan lil’alamin TV), dibersamai teman-teman komunitas terutama teman-teman Gusdurian diberbagai daerah, Tunas Muda dapat belajar banyak hal melalui diskusi-diskusi ringan yang biasa diadakan oleh teman-teman komunitas di Joglo Nusantara yang salah satu foundernya juga adalah org baik yg kita kenal yaitu Om Heri Gonku, kembali pada topik, terkait nama tunas muda karena saya bergerak di musik ya insyaAllah sah-sah saja kalau Tunas Muda dikatakan nama panggung untuk sebuah group musik/duo, kenapa duo? karena instrumentnya "baru" berdua (Violin dan gitar) hahaha.. tetapi tidak menutup kemungkinan adanya instrument lainnya, kalo itu si mungkin disesuaikan dengan kebutuhan perform saja yaa hahaha.
Awalnya terbentuk nama Tunas Muda?
“Saya menulis lagu sejak 2013, ini lagu yg pertama saya tulis untuk project solo saya tepatnya, dulunya sempat tergabung dengan grup teatrikal bernama SPOK (Suara Perlawanan Orang Kecil), karena saat itu kita senang menyuarakan hal yang tidak berpihak pada keadilan. kemudian 2015 ingin mempunyai project sendiri dan bingung belum ada nama, tetapi sudah mulai menulis beberapa potongan lirik terutama ya lagu “Berbahasa” itu. Ada satu teman bernama Umam, ia bertanya " a tujuan hidup lu apa sih?" lalu saya menjawab dengan spontan, "saya cuma ingin dirindukan atau dikenang dengan kebahagiaan yg nyata atas dasar kebaikan atau kebermanfaatan entah bermanfaat dari segi apapun misal kalau saya adalah orang humoris mungkin akan ada yg merindukan keberadaan saya jika saya tidak ada maka suasana akan menjadi sepi, atau mungkin juga keberadaan saya akan membuat orang lain lebih tenang dan tidak terancam, mungkin karena saya punya power yang cukup a.k.a serem" hahaha, tapi ada loh yg seperti itu casenya hahaha punya temen serem rasanya PD aja karena aman kemana-mana ga ada yg berani colek hahaha. Kenapa namanya Tunas Muda, saya berharap apa yang saya tulis ini dapat mudah tumbuh di sanubari setiap orang, tanpa batasan-batasan apapun. Tunas ini akan terus tumbuh di manapun, analoginya seperti pohon yg berkembang biaknya dengan bertunas seperti singkong atau pisang dan masih banyak lainnya, saya rasa tanaman ini tidak butuh hal yang special, khusus atau eksklusif, ia bisa tumbuh pada banyak media tanah, Jadi saya berharap dengan lirik-lirik yang saya tulis dapat tumbuh disetiap sanubari orang tanpa batasan usia, latar belakang, pendidikan dan lain-lain. Ini alasan dasar kenapa project solo ini saya beri nama “Tunas Muda”
Landasan awal terciptanya lagu “Berbahasa” ?
“Saat itu kebetulan saya berkesempatan untuk belajar pada jenjang pendidikan diperguruan tinggi. Nah dalam satu fakultas, satu prodi bahkan satu angkatan tidak ada tegur sapa, kita gak saling kenal, terlebih saat itu cukup kuat budaya senioritas. Saya mencoba memutus rantai itu dengan aksi nyata, saya dan beberapa teman kemudian memutuskan untuk berjualan kopi, dengan membawa termos, kami patungan 20 ribu untuk beli kopi sachet dan membawa sedikit buku untuk dibaca oleh umum, berulang kali kami diusir oleh beberapa dosen karena tanpa izin, tapi cukup batu dengan mental pembangkang diusia saat itu hahaha terus menerus kita gelar dan berjualan sampai mereka bosan buat usir kami. Lalu kopi ini menjadi media untuk berkeliling ke setiap tongkrongan yang ada di kampus dengan target “tegur sapa”. Suatu saat kita tidak berjualan kopi ada aja orang bertanya “bang jualan kopi gak”. Tadinya target kita hanya satu fakultas akhirnya seluruh fakultas bisa kita kenali, keuntungan dari jualan tersebut kita pergunakan untuk membuat sebuah kegiatan kecil yg kami beri nama “Lapak Riang”. Kita melapak dengan harapan orang-orang datang dengan riang tanpa ruang khusus, bahagia atas hal baru yang mereka temui dan dari situ kita dapat teman baru. Akhirnya dari hal itu secara perlahan dan tanpa sadar kita berhasil memutus rantai senioritas dimana tidak ada kecanggungan untuk saling tegur sapa tanpa embel-embel senioritas dan junioritas. Sampai akhirnya saya lupa sampai hampir 14 semester saya bertahan hahah.”
Selanjutnya “Senandung Kasih” lagu yang sekaligus menjadi nama album Tunas Muda, boleh diceritakan makna yang terkandung didalam “Senandung Kasih” ?
“Didalam lirik senandung kasih ada potongan lirik “Terima Kasih Kawan, Terima Kasih Lawan, Terima Kasih Kau Yang Sempat Tak Sejalan” artinya saya menganggap bahwa hari ini adalah bentukan dari masa lalu kita, dari segala sesuatu yang kita temui, apapun dan siapapun yg kita temui, kapanpun dan bagaimanapun keadaan yang kita terima dari peristiwa-peristiwa itu. Contoh kecil mungkin ga akan ada kata sabar kalo ga ada terpaan buat diri kita, org kan bisa dibilang sabar karena kekuatan bertahannya untuk menaklukan segala sesuatu yg tidak sesuai harapan kita, dan saya meyakini hal itu akan membentuk bahkan menguatkan kita sebagai manusia, apapun yang kita terima itu sudah digariskan oleh Tuhan. Saya percaya bahwa pikiran positif itu seperti embun yg membiaskan cahaya matahari yg berupa hal-hal baik kepada banyak sisi yg mampu menerimanya. sinar matahari itu sumber kehidupan juga bukan? Peran kita sebagai manusia ya hanya mengantarkan afirmasi-afirmasi positif untuk kita dan ruang lingkup terdekat kita. So, jangan selimuti hati dan pikiranmu dengan kebencian atas hal-hal yg kamu lalui di masa lalu, semua hal itu yg membentuk dirimu pada hari ini, dan silahkan berproses untuk membentuk generasi berikutnya menjadi lebih baik dan bermanfaat dari pada hari-hari yang kamu lalui saat ini“
Tunas Muda Terinspirasi Oleh Rhoma Irama?
“Rhoma Irama keren, ia mengantarkan kebaikan dengan hobinya dia. Tetapi tidak semua orang bisa menjalankan seperti Rhoma Irama, kalau saya mengikuti jalur Rhoma Irama tidak juga, karena kita mempunyai jalur sendiri,” Dakwah Dengan Bermusik? “Itu hak orang, tidak perlu dideklarasikan disini. Setiap orang berhak menjustifikasi apapun.” Aliran/Genre Tunas Muda? “Terserah orang mau bilang Folk, Dangdut dan segala macamnya, saya sadar betul bahwa hidup ini dinamis. Mungkin saat masa remaja kita mendengar Punk atau Rock dan lain lain, tapi pada saat berusia tua, mungkin gendang lebih menarik didengar yang dapat diterima dengan baik oleh telinga kita, ini semua penyesuaian dari usia dan karakter kita masing masing. Perubahan itu hal yang wajar. Bicara soal konsistensi tema menulis lagu? menurut saya kalau memang itu dibutuhkan banyak orang dan itu masih saya alami atau masih menjadi masalah-masalah yang ditemui saya akan tetap menulis hal itu, karena bagi saya, proses berkarya itu bukan "menciptakan" tetapi "merangkum" banyak peristiwa yang kita lalui menggunakan media 5 Indera yang kita punya, silahkan rangkum perjalanan hidupmu agar hal itu bisa menjadi catatan sejarah bahwa kamu pernah hidup pada masa itu.”