PINUSI.COM - Puisi, memiliki hari khusus di bulan Maret, tepatnya setiap tanggal 21, diperingati sebagai Hari Puisi Sedunia. Ini merupakan resolusi UNESCO tahun 1999 untuk mempromosikan penulisan, pembacaan, penerbitan dan pengajaran puisi di seluruh dunia.
Diperingatinya Hari Puisi Sedunia merupakan bentuk pengakuan dan dorongan untuk gerakan puisi nasional, regional dan internasional.
Untuk merayakannya, biasanya diselenggarakan festival seperti Festival Puisi Bogota, Festival Puisi Cork dan sebagainya.
Biasanya diadakan pada 15 Oktober bertepatan dengan hari Virgil, sang penyair dari Romawi.
Tetapi perbedaan perayaan Hari ini tidak mereduksi esensi dari perayaan Hari Puisi, seperti yang disebutkan dalam laman UNESCO bahwa puisi adalah ekspresi yang murni dari kebebasan linguistik.
Ada beberapa tokoh yang memiliki puisi makna universal, baik itu mencintai seseorang ataupun mencintai Tuhan
1. Jalaluddin Rumi (Karena Cinta)
Karena cinta duri menjadi mawar..
Karena cinta cuka menjelma anggur segar..
Karena cinta keuntungan menjadi mahkota penawar..
Karena cinta kerasnya batu menjadi lembut bak mentega…
2. Abu Nuwas (Cinta)
Duhai mata yang mempesona, engkau redup selamanya…
Tatapanmu menguak rahasia yang tersimpan didada…
Perhatikanlah diri kita engkau menutupiku seakan takdir menyembunyikanku…
Engkau membunuhku tanpa harapan untuk balas dendam seakan pembunuhan itu adalah persembahan untuk Tuhan…
3. Khalil Gibran (Berbicara Cinta)
Sebelum masuk puisinya, ia mengatakan "semakin seseorang berbicara tentang cinta semakin jauh ia dengan apa itu cinta"
Ku sucikan bibirku dari api suci untuk berbicara cinta….
Tetapi saatku bibirku untuk berbicara tentang cinta, kudapati diriku diam membisu…
Aku biasa mendendangkan lagu cinta sebelum aku memahaminya….
Tetapi ketika aku mengerti, segala kata dari mulutku jadi tak bernilai…
Dan nada nada cinta dalam dada jatuh dalam keheningan yang luruh…
4. Rabiah Al'adawiyah (Syair Malam)
Wahai tuhanku tenggelamkan aku dalam mencintaimu…
Sehingga tidaklah aku tidak lagi mengimbangkanmu..
Ya rabbi, bintang dilangit telah gemerlapan mata telah tertiduran…
Pintu pintu istana telah terkunci…
Dan pencinta telah menyendiri dengan yang dicintainya…
5. Qays, Majnun (Rindu dan Jarak)
Cinta itu paradoks…
Bila aku dekat rumahnya aku terbebani, bila aku jauh dari rumahnya aku merasa sedih…
Sehingga dekat maupun jauh bersemayam rindu dan gelisah…
Saat dia berjanji, hatiku kian menggebu menanti…
Saat dia tidak janji, aku mati menaruh datangnya janji…
Sehingga jauh dan dekat dia hanya ada di angan…
Namun jarak dekat ataupun jauh, belum menyembuhkan apa yang kami rasakan…
Sungguhpun ternyata dekat dengannya lebih baik daripada jauh darinya…
6. Albert Camus
My Dear
Ditengah tengah kebencian, kutemukan dalam diriku cinta yang tak terkalahkan…
Ditengah tengah air mata, kutemukan dalam diriku senyum yang tidak terkalahkan…
Ditengah tengah kekacauan, kutemukan dalam diriku ketenangan yang tidak terkalahkan…
Aku sadari melalui semua itu, bahwa ditengah tengah musim gugur kutemukan dalam diriku musim panas yang tidak terkalahkan dan itu membuatku bahagia…
Karena apapun yang terjadi, betapapun kerasnya dunia ini menekanku dalam diriku ada sesuatu yang lebih kuat, sesuatu yang baik melawan balik menekan… (AF)