Konsep Cinta Jean Paul Sartre : In Love, one and one are one

Oleh alvin-halianSaturday, 6th August 2022 | 20:50 WIB
Konsep Cinta Jean Paul Sartre : In Love, one and one are one

PINUSI.COMJean Paul Sartre merupakan seorang filsuf kelahiran kota Paris, Francis yang hidup pada era abad 20. Jean Paul Sartre memiliki gagasan eksistensialisme yang cukup radikal. Ia mendukung kebebasan manusia dimana tidak ada yang membatasi kebebasan manusia baik itu negara maupun tuhan.

Sartre lahir pada 21 Juni 1905 dan meninggal pada 15 April 1980 terbilang relatif cukup panjang umurnya, namun ia tidak menikah hanya hidup bersama bersama perempuan bernama Simone de Beauvoir. Ia juga pernah mengikuti perang dunia II sebagai meterolog bahkan sampai sempat dipenjara selama 9 bulan karena ditangkap oleh Nazi.

Sejak 2 tahun ia ditinggal oleh sang ayah dan dibesarkan oleh ibu dan kakeknya, yang kemudian sang kakek memperkenalkan keilmuan terhadap Sartre.

Sartre terkenal akan landasan konsep Eksistensialismenya, berikut konsep Cinta Eksistensialisme ala Jean Paul Sartre :

  • Konsep Eksistensi Vs Esensi Sartre (Eksistensialisme)

Menurut Sartre, esensi manusia tidak bisa dijelaskan seperti esensi esensi benda. Contohnya “Ketika seorang melihat sebilah pisau dapur, orang tersebut langsung dapat memahami bahwa pisau dibuat oleh seseorang yang memiliki konsep dikepalanya tentang tujuan dan prosedur pembuatan pisau tersebut. Manusia tidak bisa dijelaskan secara spesifik karena hati pikiran dan segala aspeknya sulit dijelaskan, dan itu absurd,”

Filsuf sebelum Sartre cenderung memandang manusia seperti pisau tadi. Mereka menjelaskan manusia sebagai produk dari Pencipta Yang Agung yakni tuhan. Artinya, sebelum manusia ada, tuhan telah memiliki konsep tentang tujuan penciptaan manusia. Sehingga setiap individu menjadi bentuk realisasi konsepsi tertentu yang telah ada di pemahaman tuhan sebelumnya. Tuhan dan kodrat manusia adalah dua hal yang tak terpisahkan.

Konsep pemikiran inilah yang ditentang Sartre. Sartre menegaskan bahwa sejatinya manusia pertama ada dan kemudian mewujudkan esensi, makna dan kodranya. Manusia adalah semata mata apa yang dibentuknya sendiri dan memiliki derajat yang lebih tinggi dari makhluk lainnya karena tidak memiliki kodrat yang sudah ditentukan sebelumnya. Sehingga manusia adalah makhluk yang bebas untuk mewujudkan esensinya sendiri.

Tidak usah menunggu kamu jadi apa, tapi bentuklah dirimu untuk jadi apa sesuai yang kamu inginkan” – Jean Paul Sartre.

Segala sesuatu itu sudah jelas, kecuali bagaimana kita hidup, itu ditangan kita,” kata Sartre.

  • Faktisitas

Faktisitas adalah fakt fakta yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia. Fakta tersebut tidak dapat dihilangkan namun mampu dilupakan, diolah atau juga dimanipulasi.

Menurut Sartre beberapa faktisitas seperti orang lain, maut, tempat , waktu dan lingkungan.

Sartre mengatakan kita sebenarnya bebas untuk membentuk eksistensi diri kita hanya saja dibelenggu bernama “faktisitas”.

  • Kesadaran Manusia

Mengapa manusia perlu membentuk eksistensinya, karena manusia memiliki kesadaran dan kesadaran inilah yang membentuk eksistensi manusia dan membedakannya dengan eksistensi benda.

Manusia memiliki kemampuan menyadari dirinya, dunia benda membantu dalam pencapaian kesadaran diri manusia. Tanpa adanya benda, maka kesadaran manusia tidak mungkin tercapai.

Berikut jenis kesadaran manusia :

  • Kesadaran Pra Reflektif

Langsung terarah kepada objek tanpa usaha untuk merefleksikannya, kesadaran pra reflektif tidak disadari karena subyek tidak sengaja memberi perhatian pada objek dan proses kesadaran. Misalnya, ketika membaca buku, kesadaran saya tidak terarah pada perbuatan saya yang sedang membaca, melainkan pada isi buku yang sedang saya baca.

  • Kesadaran Reflektif

Kesdaaran yang membuat kesadaran yang tidak disadari ingin menjadi kesadaran yang disadari. Dalam kesadaran reflektif subyek merefleksikan apa yang disadarinya. Misalnya dalam kesadaran reflektif saya, kesadaran saya tidak lagi terarah pada buku yang tadi dibaca melaikan pada perbuatan saya ketika tadi saya membaca buku.

  • Etre En Soi (Being in it self), Etre Pour Soi (Being for it self)

Kesadaran membawa manusia pada dua tipe eksistensi yaitu etre en soi (ada pada dirinya) dan etre pour soi (ada bagi dirinya).

Entre en soi (ada pada dirinya) identik dengan dirinya, entre en soi tidak aktif, tidak pasif, tidak afirmatif dan tidak negatif. Ada yang tidak sadar sehingga ia tidak mampu memberi makna pada eksistensinya. Etre en soi adalah benda benda yang “padat” dan tanpa “celah”.

Sedangkan etre pour soi (ada bagi dirinya) adalah ada yang berkesadaran dan ‘kosong” sehingga banyak celah dalam dirinya untuk “menjadi”.

Kesimpulannya Manusia itu bukan “Sesuatu”

Sejelek apapun kondisi yang menimpa jangan pernah menganggap seorang manusia bukan manusia. Karena segala yang terjadi pada individu manusia adalah milik masing masing individu dan memutuskan untuk tidak manusiawi pun adalah keputusan individu sebagai manusia. Misalnya, dalam perang, kalau aku mengikuti perang tersebut maka peperangan itu adalah miliku.

  • Manusia dikutuk untuk bebas

Manusia adalah makhluk yang bebas menentukan hakikatnya sendiri. Bebas menentukan jalan hidupnya, namun disisi lain hal tersebut justru dihadapkan pada pilihan. Manusia sesungguhnya benar benar dihadapkan pada kebebasannya sendiri, “Manusia benar benar sendirian”.

“Kebebasan adalah beban, karena kebebasan mengimplikasikan tanggung jawab,” ucap Jean Paul Sartre.

Pusaran kemungkinan memperlihatkan bahwa kita benar benar bebas, kebebasan yang sangat besar dan anda dibuat takut olehnya,” tambahnya.

Hidup manusia itu dikutuk untuk bebas karena begitu dia terlempar kedunia bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan, dan terserah untuk memaknai hidup ini seperti apa,” Paul Jean Sartre.

  • Kebebasan

Kebebasan didasari pada pilihan, dimana setiap situasi adalah satu kesempatan untuk kita ambil atau kita abaikan. Jadi setiap situasi memaksa kita untuk membuat pilihan, sehingga dari kebebasan itu lah melahirkan gelisah karena tidak pernah mampu mengalihkan tanggung jawab membuat pilihan tersebut kepada orang lain.

  • Bad Faith

La mauvaise foi atau bad faith dapat terjadi pada orang orang yang menggantungkan dirinya pada suatu hal yang lebih “besar” darinya, hingga ia melupakan kesadaran dirinya. Contohnya, ketika ada seseorang begitu bangga karena bekerja diperusahaan besar atau ternama, kemudian orang orang terkesan dengannya karena menyandang nama perusahaan tersebut.

Maka dari La mauvaise foi tersebut menjadi alasan dari munculnya kecemasan dalam jiwa manusia, sehingga menganggap orang lain menjadi “neraka

  • Orang lain adalah “Neraka”

Mengapa orang lain neraka, karena orang lain menjadikan kita obyek, seperti contoh seorang guru harus tetap menjaga etikanya didepan murid.

Karena hasil eksistensinya dijadikan obyek oleh orang lain sehingga melahirkan pembentukan “penilaian” ataupun “menstruktur” eksistensinya individu tersebut.

Setiap relasi antar manusia adalah konflik, saling menegasikan terus menerus karena seorang manusia menjadi subjek sekaligus juga objek bagi orang lain. Oleh karena itu, satu dengan yang lainnya berusaha untuk memasukan orang lain (yang diluar dirinya) dalam pusat “dunianya”. Setiap perjumpaan dan komunikasi dengan orang lain merupakan ancaman bagi eksistensinya.

  • Analogi dari orang lain adalah “neraka’ seperti lubang kunci.

Manusia dapat menemukan kebebasannya ketika ia berada seorang diri didalam kamar. Ia bebas melakukan apapun, menjadi dirinya sendiri. Namun, ketika ia menyadari ada orang lain yang mengintipnya dari balik lubang kunci dipintu kamarnya dalam sekejap manusia tersebut akan berubah dan membuat dirinya menjadi sesuai apa yang dilihat orang lain, maka neraka itu adalah orang lain.”

Bagi Sartre, tuhan termasuk dalam kategori “si pengintip”. Manusia tidak akan bebas selama tuhan mengawasi gerak geriknya, oleh sebab itu seorang eksistensialis sebaiknya adalah seorang atheis.

Fyodor Dostoyevsky mengatakan “Jika tuhan tidak ada, semuanya akan boleh” namun Sartre membalikan pernyaataannya yakni “Semuanya boleh maka pasti tuhan tidak ada”.

Kenapa orang lain neraka, kata Sartre biasanya tindakan kita, perilaku, kata kata dipertimbangkan karena pendapat orang.

  • Humanisme Eksistensial

Menurut Sartre, humasnisme pada era sebelumnya masih belum radikal karena masih mengadaikan adanya nilai nilai yang ditentukan dari luar diri manusia itu sendiri, entah itu tuhan, realitas tertinggi, ataupun norma norma buatan manusia yang dilanggengkan. Individu tidak mendapatkan tempat untuk menciptakan sendiri nilai nilai yang ia percayai dan yang ia libatkan.

Dalam humanisme lama, manusia sebagai tujuan dan nilai nilai yang diperjuangkan. Nilai itu berasal dan berhubungan dengan hal hal tertentu terbaik yang telah dilakukan orang tertentu.

Kritiknya Sartre tentang humanisme adalah manusia itu bukan tujuan, karena ia selalu dalam proses “menjadi”.

Humanisme eksistensial sendiri adalah sifatnya optimis, sebuah doktrin tentang tindakan aktif manusia. Manusia itu bebas, tidak ada lagi excuse, manusia ditinggalkan sendirian. Manusia dikutuk untuk menjadi bebas.

Kutukan tersebut merupakan sebab ia tidak menciptakan dirinya sendiri namun sungguh sungguh bebas dan dituntut bertanggungjawab atas segala sesuatu yang ia lakukan. Maka tindakan itulah kata kunci yang mau ditunjukan Sartre guna memberi makna pada kemanusiaan yakni aksi.

Kata Sartre bangun kerajaan manusia, bukan kerajaan tuhan dan juga bukan kerajaan materi. Karena menurutnya manusia adalah makhluk yang mampu mengejar tujuan tujuan transenden, karena manusia adalah makhluk yang mampu melampaui dirinya sendiri.

Sartre menjelaskan bahwa manusia butuhkan adalah bukan bukti dari eksistensi tuhan, namun penemuan dirinya kembali dan untuk memahami bahwa tidak ada satupun yang dapat menyelamatkan dirinya kecuali dirinya sendiri.

Dalam pengertian inilah Sartre berani mengatakan dengan tegas bahwa eksistensialisme itu optimistis, bukan sebuah ajaran untuk  menarik diri dari dunia ramai dan masuk kepertapaan guna menemukan kedamaian jiwa, melainkan sebuah ajaran untuk bertindak secara konkret dalam dunia nyata, dunia sehari hari.

Cinta menurut Sartre

  • Cinta adalah konflik, ketika saya mencintai seseorang maka saya berhadapan langsung dengan kemerdekaan orang yang saya cintai itu.
  • Cinta itu paradoksal, ketika seseorang mencintai orang lain, maka ia mau mencintai pasangannya itu dengan kemerdekaan penuh, sementara dia tidak menghendaki agar orang yang dicintai itu mempunyai kemerdekaan.
  • Dalam cinta, subyek yang mencintai berusaha menjadikan pihak yang dicintai sebagai obyek atau en soi pemenuh hasrat cintanya. Sebaliknya pihak yang dicintai pun dengan sadar menjadikan orang lain sebagai objek atau en sooi pemenuh kebutuhannya yang dicintai.
  • Tidak ada subyek dalam cinta, masing masing pihak adalah objek. Oleh sebab itu, tak pernah akan terjadi cinta sejati atau cinta tanpa pamrih sebab masing masing pihak berusaha untuk saling mengobjekan pribadi yang lain.
  • Cinta adalah tanda “kegagalan” seseorang untuk mempertahankan dirinya sebagai subyek.
  • Pada perkembangannya, cinta akan mentransformasi dirinya sebagai entitas yang penuh dengan motif “memiliki”. Hal tersebut tampak melalui berbagai harapan yang dimiliki seseorang pecinta atas kekasihnya dan demikian pula sebaliknya.
  • Cinta adalah pengekangan kebebasan. Seseorang akan berharap dirinya untuk terus mencintai dan begitu pula pada pasangannya dengan harapan serupa. Orang yang saling mencintai pada hakekatnya “terpenjara”, hanya saja penjara tersebut sedemikian halusnya hingga tak kasat mata.
  • Orang yang mencintai pada hakekatnya juga hendak memiliki dunia orang yang dicintainya dan meminta utuh dunia serta dirinya. Kondisi demikian dapat diandaikan sebagai “terjebak pada dunia orang lain” atau “berada pada orang lain” dan hal tersebut amatlah memuakan menurut Sartre.

Memuakan (Nausee) atau juga ingin muntah merupakan dasar dari La Nausee judul roman karya Sartre. Dimana dalam novel ini menggambarkan seseorang dalam hidupnya secara tiba tiba melihat sekelilingnya begitu membosankan dan menimbulkan rasa mual. Ketika manusia mengalami kesadaran bahwa dirinya sendiri dan seluruh kenyataan yang ada sebagai sesuatu yang membebani, manusia akan merasa tertindas dan keadaan inilah yang akan membuat manusia mual.

Hasrat seksual dalam cinta merupakan upaya “mereduksi” orang lain sebagai “tubuh” atau “daging” semata. Namun demikian, pada akhirnya hasrat selalu gagal mengingat yang diubahnya menjadi daging bukanlah orang lain semata, melainkan “diri sendiri”.

Hal tersebut tampak melalui tenggelamnya seseorang dalam kenikmatan hubungan seks sehingga melupakan motif dan tujuan semula yakni menguasai pihak lain.

In Love, one and one are one” – Jean Paul Sartre.

Surat Jean Paul Sartre kepad Simone de Beavoir.

Gadis kecilku yang manis. Malam ini aku mencintaimu dengan cara yang belum engkau ketahui. Aku tak perlu letih menempuh jarak, tak perlu tenggelam dalam mengharapkan kehadiranmu. Aku telah menundukan cintaku padamu dan mengubah cintaku padamu sebagai unsur pembentuk diriku. Kumohon pahamilah aku, aku mencintaimu saat perhatianku kuberikan kepada orang lain. Di Toulouse, aku mencintaimu. Malam ini, aku mencintaimu di malam musim gugur. Aku mencintaimu dengan jendela terbuka. Engkau miliku, dan segala sesuatu miliku, dan cintaku mengubah segala sesuatu disekitarku dan segala sesuatu disekitarku merubah cintaku.”

Terkini

Timnas Basket Indonesia Kalah Tipis dari Korea Selatan 78-86 di Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025
Timnas Basket Indonesia Kalah Tipis dari Korea Selatan 78-86 di Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025
PinSport | in 7 hours
Calvin Verdonk, Pilar Kokoh di Balik Kemenangan Timnas Indonesia
Calvin Verdonk, Pilar Kokoh di Balik Kemenangan Timnas Indonesia
PinSport | in 5 hours
Manchester City Resmi Perpanjang Kontrak Pep Guardiola Hingga 2027
Manchester City Resmi Perpanjang Kontrak Pep Guardiola Hingga 2027
PinSport | in 5 hours
Persebaya Siap Jamu Persija, Paul Munster Ketakutan Dengan Rizky Ridho
Persebaya Siap Jamu Persija, Paul Munster Ketakutan Dengan Rizky Ridho
PinSport | in 4 hours
Hotel Santika Premiere ICE BSD City: Penginapan Mewah dengan Nuansa Modern di Tengah Kota
Hotel Santika Premiere ICE BSD City: Penginapan Mewah dengan Nuansa Modern di Tengah Kota
PinRec | in 4 hours
Timnas Futsal Putri Indonesia Sukses Juara Ke 3 Di Ajang Piala AFF 2024
Timnas Futsal Putri Indonesia Sukses Juara Ke 3 Di Ajang Piala AFF 2024
PinSport | in 4 hours
Thom Haye Terpukau dengan Atmosfer SUGBK: Sulit Dijelaskan!
Thom Haye Terpukau dengan Atmosfer SUGBK: Sulit Dijelaskan!
PinSport | in 3 hours
Presiden Prabowo Bertemu Larry the Cat di Downing Street London
Presiden Prabowo Bertemu Larry the Cat di Downing Street London
PinNews | in 3 hours
Teknologi Mesin Nissan GT-R Akan Digunakan untuk Model Baru: Siap Hadirkan Kejutan!
Teknologi Mesin Nissan GT-R Akan Digunakan untuk Model Baru: Siap Hadirkan Kejutan!
PinTect | in 3 hours
Daftar Pemenang FFI 2024, Dari Agus Ringgo Sampai Film Agak Lain
Daftar Pemenang FFI 2024, Dari Agus Ringgo Sampai Film Agak Lain
PinTertainment | in 3 hours
© 2024 Pinusi.com - All Rights Reserved
Setia mengabarkan berita dan fakta