PINUSI.COM - Google sedang berada di bawah tekanan akibat kekacauan AI Gemini-nya.
Perusahaan mesin pencari terbesar itu telah menghentikan operasi AI Gemini untuk sementara waktu, karena menghasilkan visual yang tidak akurat.
Pengguna media sosial mengeluh pada akhir Februari lalu tentang AI Gemini, karena menggambarkan orang-orang penting dalam sejarah, seperti para Founding Fathers AS, sebagai orang kulit hitam.
Google mengakui AI Gemini membutuhkan koreksi karena belum sempurna.
Google berkomitmen untuk meningkatkan alat tersebut, dan memutuskan untuk menutup layanan dalam waktu dekat.
Kekacauan AI Gemini merusak saham Google. Ada tekanan baru-baru ini terhadap Sundar Pichai, CEO Alphabet, yang merupakan induk Google.
Pada awal pekan ini, Ben Thompson, analis yang menulis newsletter Stratechery, menyatakan Google perlu melakukan transformasi organisasi.
Mark Shmulik, analis Bernstein lainnya, juga mengamini hal tersebut.
Ia menyatakan pergantian kepemimpinan di Google mungkin sudah menjadi keharusan.
Menurut para analis, Google tidak terlalu lihai dalam mengejar ketinggalan dengan cepat, ini terbukti dari inisiatif AI yang bermasalah dari Bard hingga Gemini.
Pichai ditunjuk sebagai CEO Alphabet pada 2019 dan Google pada 2015.
Di bawah naungannya, Google tetap tenang. Negosiasinya dengan para regulator juga terkenal.
Ketika Pichai ditunjuk sebagai CEO Google pada 2015, kapitalisasi pasarnya naik dari US$ 4 miliar menjadi US$ 1,7 triliun saat ini.
Namun demikian, era AI menghadapi tantangan yang jauh lebih sulit daripada yang pernah dihadapi sebelumnya.
Untuk memenangkan perang AI, kepemimpinan yang lebih tangguh diperlukan.
Beberapa mantan CEO Google, termasuk Marissa Mayer, yang pernah bekerja di Google selama 20 tahun dan sempat menjadi CEO Yahoo, juga menarik perhatian pada diskusi tentang Pichai.
Ia menanggapi tweet dari Othman Laraki, CEO Color Health, yang menyatakan Google menghadapi masalah yang menantang.
Mayer tampaknya mempertahankan Pichai dalam hal ini.
"Saya ingin mereka (Google) menang dan berpikir bahwa mereka bisa," ucapnya. (*)