PINUSI.COM - Gambar, serial televisi, dan film sering menggambarkan makhluk di luar angkasa berwarna hijau. Namun, ahli astronomi mengatakan bahwa makhluk di luar angkasa lebih cenderung berwarna ungu daripada hijau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fokus penelitian harus beralih ke "warna ungu", menurut laporan yang diterbitkan di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.
Para peneliti menjelaskan bahwa warna hijau, yang mendominasi kehidupan di Bumi, terbentuk melalui proses yang berlangsung selama berjuta-juta tahun. Mereka berpendapat bahwa makhluk hidup di Bumi adalah organisme sel tunggal selama tiga perempat sejarahnya. Akibatnya, bentuk kehidupan yang akan ditemukan manusia di planet lain mungkin masih serupa.
Corak tumbuhan hijau di Bumi berasal dari klorofil, organisme sel tunggal seperti phytoplankton juga memiliki corak ini, tetapi mereka cenderung lebih ungu di lingkungan yang seret oksigen.
Oleh karena itu, para peneliti menyarankan astronom untuk mencari planet berwarna ungu daripada planet yang mirip dengan Bumi yang berwarna biru atau hijau.
Dalam laporan penelitian mereka, para peneliti menemukan spesies hewan yang dapat hidup di lingkungan yang menyerap oksigen, seperti rawa, laut dalam, dan kolam di dekat kampus mereka.
Fakta ini menarik karena sebagian besar planet yang dekat dengan Bumi memiliki orbit yang mengelilingi bintang kurcaci merah, juga dikenal sebagai dwarf merah.
Meskipun disebut sebagai bakteri ungu, organisme yang ditemukan para peneliti sebenarnya berwarna-warni, seperti kuning dan merah. Bakteri sulfur ungu dan non-sulfur ungu adalah jenis bakteri yang paling umum. Keduanya ditemukan lebih "menyukai" cahaya dengan gelombang lebih panjang, yang mata manusia tidak dapat melihat.
Kaltenegger mengakui bahwa mencari planet berwarna ungu sulit. Dia mengatakan bahwa kemungkinan besar planet tersebut berisi makhluk hidup yang terlalu jauh untuk ditemukan dalam waktu dekat.(*)