PINUSI.COM - Huawei Technologies telah dimasukkan ke dalam daftar hitam pemerintah Amerika Serikat (AS) sejak 2019 silam.
Ini berarti perusahaan raksasa asal Cina tersebut tidak dapat memperoleh teknologi dari AS.
Hal ini mengakibatkan konsekuensi yang signifikan.
HP Huawei tidak dapat lagi menggunakan sistem operasi Android buatan Google, yang membuatnya tertinggal jauh dari pabrikan HP lainnya, karena ketidakmampuan mereka mengembangkan teknologi jaringan 5G pada ponsel.
Namun, ternyata Huawei secara rahasia memberikan dana penelitian kepada beberapa universitas terkemuka AS, termasuk Harvard.
Sejak 2022, Huawei telah menjadi satu-satunya sponsor dari kompetisi riset bernilai jutaan dolar di universitas terkemuka di Amerika Serikat, yang telah menarik ratusan proposal dari ilmuwan di seluruh dunia.
Sumber dalam yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan, universitas yang melarang peneliti mereka bekerja untuk raksasa Cina, juga menerima dana Huawei.
Cabang dari lembaga nonprofit Optica, Optica Foundation, menyelenggarakan kompetensi penelitian.
Pendanaan Huawei ke universitas harus dirahasiakan, menurut dokumen nonpublik.
Huawei tidak terlibat dalam program tersebut, menurut para peserta dan peneliti universitas.
Juru bicara Huawei menyatakan, perusahaannya dan Yayasan Optica membentuk turnamen untuk mendukung riset dan akademisi di seluruh dunia.
Dia menyatakan, keterlibatan Huawei disembunyikan, karena mereka tidak ingin dianggap sebagai promosi perusahaan.
Menurut Liz Rogan, CEO Optica, beberapa pendonor program, termasuk yang berasal dari Amerika Serikat, memang dibuat anonim.
Keterlibatan Huawei sebagai sponsor rahasia tidak bermasalah. (*)