PINUSI.COM - Jaringan 5G di Indonesia belum cukup luas sampai saat ini.
Tetapi, Ketua Umum Mastel Sarwoto Atmosutarno melihat ini sebagai keuntungan.
Ia menyatakan, ketiadaan jaringan 5G akan membuka peluang mendapatkan teknologi yang lebih canggih.
"Buat kita yang sampai hari ini belum loncat ke 5G itu juga suatu kesempatan lho."
"Kita memperoleh teknologi yang sudah lebih matang daripada kita adopsi 5G empat atau lima tahun lalu yang belum matang," kata Sarwoto di Kantor Kominfo.
Hal ini, lanjutnya, juga memberikan kesempatan bagi para pelaku bisnis.
Oleh karena itu, dia mengatakan task force yang dibentuk untuk menentukan jenis insentif 5G yang akan diberikan kepada operator, harus terus mendengarkan suara seluruh industri yang terlibat dalam pengembangan 5G.
"Iya, makanya tadi task force-nya belum selesai. Jadi maksud saya, kembali lagi pada basic business plan. Karena 5G itu beda sekali dengan 4G. Environment bisnisnya beda,".
"Jadi ini terus bergulir, tapi kalau Anda ngomong waktu sampai Oktober, let's see lah," lanjutnya.
Dalam hal insentif 5G, Sarwoto percaya ekosistem 5G berbeda dari 4G.
5G menggunakan broadband mobile dan Internet of Things (IoT) serta industri robotik lainnya.
"Ada istilah use case, ada istilah stand alone, ada istilah sekarang ini converge dari low band, middle band, high band ini kan kematangan suatu perkembangan untuk 5G," paparnya. (*)