PINUSI.COM - Setiap karyawan ingin memiliki gaji Rp2 miliar tanpa perlu ngantor. Memang ada?
Jawabannya ternyata memang ada.
Hal ini diketahui dari laporan Greenback Expat Tax Services, yang didasarkan pada tinjauan hampir 6.800 lowongan kerja di seluruh dunia yang diunggah ke Indeed.
Selain itu, mereka melakukan survei terhadap sekitar 1.000 orang Amerika yang ingin menjadi nomad digital atau bekerja dari mana saja.
Laporan tersebut menunjukkan, data scientist yang bekerja dari rumah menghasilkan rata-rata US$132 ribu (Rp2,1 miliar), analis bisnis US$100 ribu (Rp1,6 miliar), dan manajer proyek US$88 ribu.
Amerika Serikat tercatat memiliki peluang kerja jarak jauh paling banyak dan gaji tertinggi di dunia.
Misalnya, seorang data scientist dapat memperoleh gaji hingga US$143 ribu, atau kira-kira Rp2,3 miliar.
Namun, gaji rata-rata US$90 ribu (Rp 1,4 miliar) ditawarkan oleh Prancis, diikuti oleh Australia dengan US$79 ribu (Rp1,2 miliar).
Banyak pekerja AS ingin meninggalkan negara tersebut, dan enam dari 10 pekerja Gen Z tertarik menjadi ekspatriat, menurut laporan tersebut.
Banyak orang Amerika ingin pergi ke negara-negara seperti Inggris, Italia, dan Kanada, yang ketiganya memiliki pekerjaan jarak jauh terbanyak.
Gaji juga harus diperhatikan saat bekerja dari jarak jauh. Sebuah survei menemukan, gaji sekitar US$72 ribu (Rp 1,1 miliar) diperlukan untuk membuat nyaman bekerja dari jarak jauh.
Saat pandemi COVID-19 melanda beberapa tahun sebelumnya, pekerjaan jarak jauh menjadi lebih umum. Sangat penting untuk memiliki fleksibilitas di tempat kerja.
Sejak 2020, Erik Braund, pendiri dan CEO Katmai, mengatakan dia dan rekan kerjanya telah bekerja dari jarak jauh.
Menurutnya, metode kerja ini dapat membantunya menyeimbangkan hidup pribadi dan pekerjaannya. (*)