PINUSI.COM - Ketidaksepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina semakin meningkat.
Pejabat AS dan Inggris baru-baru ini menuduh Cina menyadap jutaan penduduknya.
Jutaan orang, termasuk anggota parlemen, akademisi, jurnalis, perusahaan, dan kontraktor pertahanan, dirusak oleh dugaan kampanye spionase internet Cina.
Inggris dan Amerika Serikat menyebut kelompok peretas sebagai APT31 atau Advanced Persistent Threat 31. Mereka juga menyebutnya sebagai cabang dari Kementerian Keamanan Negara Cina.
Mereka yang mengkritik Beijing termasuk staf Gedung Putih, senator AS, anggota parlemen Inggris, dan pejabat pemerintah di seluruh dunia.
Mereka mengeklaim hanya sedikit korban yang dapat diidentifikasi.
Namun, para pejabat AS menyatakan selama lebih dari 10 tahun, peretas telah melakukan aktivitas mata-mata yang mengancam pertahanan dan berbagai bisnis, termasuk perusahaan baja, energi, dan pakaian jadi yang berbasis di Amerika Serikat.
Penyedia peralatan telepon seluler 5G dan teknologi nirkabel adalah sasaran investigasi.
Bahkan, anggota parlemen dan pejabat senior Amerika Serikat menjadi sasaran.
Jaksa penuntut Amerika Serikat mengumumkan dakwaan terhadap tujuh orang yang diduga sebagai peretas asal Cina pada Senin (25/3/2024).
Peretas membobol akun kerja, email pribadi, penyimpanan online, dan catatan panggilan telepon milik jutaan orang Amerika.
Pejabat di London menuduh APT31 meretas anggota parlemen Inggris yang sangat menentang Cina, dan mengeklaim kelompok mata-mata Cina bertanggung jawab atas peretasan pengawas pemilu Inggris, yang secara terpisah mengancam data jutaan orang Inggris lainnya.
Kedua diplomat Cina di Inggris dan Amerika Serikat menolak tuduhan tersebut, dan menganggapnya tidak berdasar.
Di sisi lain, kedutaan besar Cina di London menyebut tuduhan tersebut sebagai keji dan tidak berdasar.
Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DoJ) telah mendakwa tujuh tersangka peretas, tetapi sampai saat ini tidak ada informasi yang ditemukan tentang mereka. (*)