PINUSI.COM - Ekosistem digital adalah rencana yang sedang getol pemerintah wujudkan di tanah air. Salah satunya dengan gencar membuka jalur kemitraan sembari meningkatkan daya tarik kepada investor. Harapannya, nusantara akan memiliki industri baterai kendaraan listrik terintegrasi mulai dari pertambangan hingga pabrik sel baterai litium, hingga produksi kendaraannya.
Pemerintah klaim tahun ini semakin sibuk persiapan menyambut kendaraan listrik. Uji coba hingga peta jalan pembangunan infrastruktur pengisian daya baterai. Skemanya, pada 2020 sebanyak 309 unit, 2025 menjadi 4.227 unit, dan 2030 menjadi 12.255 unit.
"Jadi secara umum Indonesia telah siap masuk ke era mobil listrik, dan hal ini ditandai dengan telah diselesaikannya [sejumlah] regulasi dukungan bagi tumbuh kembangnya industri mobil listrik di Indonesia," kata Restu Yuni Widayati, Pelaksana Tugas Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kamis (7/1/2021)
BACA JUGA: NEGARA AI, CITA-CITA TIONGKOK
Indonesia juga menjalin komitmen investasi dengan LG Energy Solution, pada 18 Desember 2020 lalu. Keduanya menandatangani nota kesepahaman industri baterai kendaraan listrik, senilai 9,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp142 triliun.
Perikiraan, pada Januari akan lanjut menandatangani head of agreement (HoA), disambung awal pembangunan di bulan berikutnya. "Akan bangun tambang, smelter, prekursor, katoda, mobil, sampai recycle," jelas Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) saat konferensi pers virtual, Rabu (30/12/2020).
Hingga kini, pasar Indonesia diisi beberapa produk mobil listrik murni merek BMW, Mercedes-Benz, Tesla, dan yang paling baru Hyundai. Sisi lain, muncul pula motor listrik seperti Gesits, dan Viar. Terakhir, United Bike, produsen sepeda turut merancang skuter listrik untuk dijual di dalam negeri.