Program kendaraan listrik hadapi polemik pandemi di Indonesia
Pinusi.com – Kendaraan listrik di masa depan merupakan hal yang baru untuk Indonesia. Indonesia harus mempersiapkan berbagai hal, terutama penduduk Indonesia.
Menurut peraturan presiden No. 55 tahun 2019, akan ada percepatan program kendaraan listrik.
Menurut prediksi juga, di tahun 2023 nanti, sebanyak 65% dari penduduk Indonesia akan menggunakan kendaraan listirk.
Prof.Dr. Rer. Nat. Evvy Kartini mengatakan dalam konferensi internasional ICB-REV 2021, Selasa (22/06/2021), bahwa Indonesia perlu mempersiapkan beberapa hal untuk menghadapi perubahan ini, yaitu kendaraan listrik.
Baca juga: NBRI GELAR KONFERENSI INTERNASIONAL, APA YANG DIBAHAS?
Terutama edukasi masyarakat Indonesia yang masih asing dengan teknologi baterai, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
“Upaya untuk melakukan edukasi terhadap masyarakat Indonesia dengan melakukan focus group discussion (FGD), webinar", ujar Prof. Dr. Rer.Nat.Evvy Kartini,
Beliau juga mengatakan bahwa Indonesia harus mempersiapkan infrastruktur seperti tempat untuk pengisian daya kendaraan listrik dan yang paling penting adalah baterai itu sendiri.
Prof. Tim White, Kepala Material Research Society of Singapore (MRS) juga mengatakan, selain mengedukasi apa itu baterai dan kendaraan listrik serta energi terbarukan,
Harus ada juga edukasi mengenai manfaat dari kendaraan listrik itu sendiri.
“Untuk membuat masyarakat paham tentang kendaraan listrik ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama, di berbagai negara", ujar Prof. Tim White.
Selain itu, Dr. Arief Budiman juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang cukup tertinggal. Dalam mengetahui hal – hal seperti baterai, kendaraan listik, dan teknologi lainnya dari pada negara Asia lainnya.
Dalam konferensi internasional, Prof. Dr. Rer.Nat.Evvy Kartini mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki sumber nikel terbanyak.
Hanya saja belum banyak yang bisa mengembangkan nya menjadi baterai.
Maka dari itu, NBRI ingin menggandeng para ilmuwan, peneliti, pemerintahan, dan juga industri yang berjalan di bidang teknologi untuk mengembangkan baterai dan energi terbarukan.
Pandemi Mempengaruhi Penelitian
Pandemi ternyata juga mempengaruhi jalan nya penelitian tentang baterai ini. Prof. Tim White mengungkapkan bahwa masih bisa melakukan kegiatan seperti rapat dan diskusi secara virtual.
“Hanya saja kita butuh orang untuk melakukan beberapa percobaan, dan di masa pandemi ini kita sedang tidak bisa melbatkan banyak orang", ujar Prof. Tim White.
Namun, Prof. Dr. Rer.Nat.Evvy Kartini justru merasa sedikit bersyukur karena walaupun ada pandemi saat ini, namun masih bisa melakukan konferensi internasional tanpa batasan jarak.