NBRI dukung Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Berbasis Baterai
PINUSI.COM - Untuk menyukseskan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle). Hal ini untuk peningkatan efisiensi energi, ketahanan energi, konservasi energi sektor transportasi. dan terwujudnya energi bersih, kualitas bersih dan ramah lingkungan.
National Battery Research Institute (NBRI) mengadakan Konferensi Internasional secara virtual pada Selasa kemarin (22/6/2021). Acara ini terselenggara demi kebaikan kita dalam menciptakan kebersihan lingkungan.
NBRI merupakan suatu platform yang dapat menyatukan ilmuwan, akademisi, mitra industri, pemerintah, dan semua pemangku kepentingan yang berfokus pada teknologi baterai dan energi terbarukan.
Jadi, NBRI memiliki tujuan agar Indonesia mempunyai hasil yang signifikan dalam produksi kendaraan listrik berbasis baterai secara global serta ingin mempunyai kemampuan dalam merancang dan mengembangkan sendiri kendaraan tersebut agar polusi udara dapat berkurang di Indonesia.
KENDARAAN BERMOTOR PENYUMBANG POLUSI UDARA
Di Indonesia banyak sekali kendaraan yang menyebabkan polusi udara. Karena berdasarkan data yang diutarakan oleh Ketua MPR, Bambang Soesatyo, selama ini penyumbang terbanyak polusi udara berasal dari kendaraan bermotor.
Dia menyebutkan 60 persen kontributor polusi udara di Indonesia disebabkan oleh kendaraan bermotor.
Asap kendaraan berbahan bakar minyak mengandung gas beracun karbon monoksida, timbal, nitrogen dioksida, dan karbon dioksida.
"Tingkat kematian akibat polusi udara di Indonesia juga cukup tinggi.
Menurut Greenpeace, angka kematian dini akibat polusi udara di Indonesia sejak 1 Januari 2020 diperkirakan mencapai lebih dari 9.000 jiwa," jelas pria yang akrab disapa Bamsoet melalui situs resmi MPR.
Maka dari itu karenakan banyaknya polusi udara di Indonesia jadi Indoensia sangat membutuhkan sumber energi yang ddapat mengelola kendaraan listrik untuk membantu pengurangan polusi udara.
Presiden Perkumpulan Masyarakat Riset Material - Indonesia sekaligus pendiri NBRI, Evvy Kartini mengatakan bahwa Indonesia perlu mengusahakan sumber energi yang terbuat dari material baterai hingga baterai litium untuk mengelola kendaraan listrik di Indonesia.
"Pemerintah perlu menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan kendaraan listrik, sehingga masyarakat sadar dan memahami serta memperkuat keinginan menggunakan kendaraan listrik" kata Evvy.
Hal tersebut dapat mengurangi penggunaan BBM.
Menurut Co- founder of NBRI, Prof. Alan J. Drew dalam acara International Conference on Battery for Renewable Energy amd Electric Vehicle 2021 mengatakan, bahwa Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk membuat energi-energi baru.
“Indonesia memiliki potensi sebesar 788.000 megawatt dari energi yang bisa di daur ulang seperti angin, minyak bumi, pasang surut air, panas bumi", sebutnya.
INDONESIA PENYUMBANG 40% PANAS BUMI
Dilansir dari mongabay.co.id, sekitar 40% cadangan dunia untuk energi terbarukan panas bumi terletak di Indonesia. Pengembangan panas bumi masih menghadapi kendala, yaitu keterbatasan biaya eksplorasi.
Terlepas dari berbagai kendala yang ada, memang sudah seharusnya Indonesia merencanakan transisi energi ke terbarukan. Surya Darma selaku Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) mengatakan bahwa Indonesia harus memikirkan dan mempersiapkan transisi energi seperti negara lain yang sudah memiliki rencana melepaskan diri dari energi fosil.
Dilansir dari Mongabay, Negara di Eropa seperti Jerman dan Belanda akan menghentikan penjualan kendaraan berbahan bakar fosil pada 2030, dan negara Prancis dan Inggris pada 2040.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Indonesia juga harus mulai melakukan hal seperti itu.
ORANG INDONESIA LEBIH AKTIF MALAM
Profesor Alan Drew juga menjelaskan bahwa penggunaan listrik paling banyak di Indonesia terjadi pada jam orang pulang kerja yaitu di jam 20.00 WIB.
Namun, hal itu menandakan bahwa rata – rata masyarakat Indonesia lebih aktif ketika pulang kerja.
Kemudian ia juga menjelaskan bahwa menggunakan tenaga listrik untuk kendaraan lebih efisen daripada menggunakan BBM biasa.
“Mobil biasa jika ingin berpergian sejauh 800 km membutuhkan 45 kilogram diesel dan tengki mobil Kia hanya muat sebanyak 2 kg. Setiap ingin melakukan pengisian penuh kedalam tangki bbm membutuhkan waktu 5 menit”, ujar Profesor Alan.
“Sedangkan mobil Nissan Leaf menggunakan baterai sebanyak 190 kg baterai. Untuk memenuhi baterai mobil ini membutuhkan waktu 40 menit. Untuk bisa jalan sejauh 800 km hanya membutuhkan 3,5 jam untuk mengisi daya”, tambahnya.
Berdasarkan hasil pemaparan Profesor Alan Drew, hal ini jelas lebih efisien karena hanya dengan melakukan charging saja tidak menghabiskan waktu untuk mengisi bbm.
Setelah itu dalam penggunaan mobil listrik cukup dengan memerlukan waktu 3,5 jam kita bisa langsung berpergian sejauh 800 km.
Tidak hanya itu, kendaraan elektrik juga bisa mengurangi tingkat polusi udara yang terjadi pada sebuah negara.
MOBIL BBM MENYEBABKAN POLUSI UDARA
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat pencemar udara yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, serta lingkungan hidup.
Shinta Widiyaningrum mengatakan, kendaraan menghasilkan gas yang tidak baik untuk kesehatan.
“mobil dengan bahan bakar BBM merupakan transportasi terbesar penyumbang polusi udara. Penyebab hal tersebut adalah kendaraan menghasilkan gas yang tidak baik untuk kesehatan seperti CO2, CO, HC, NO2 “. ujarnya.
Untuk itu, kendaraan listrik di Indonesia dapat membuat polusi udara berkurang.
Demi menjadikan lingkungan yang bersih dan sehat ada baiknya kita sebagai makhluk hidup harus saling menjaga lingkungan sekitar.