PINUSI.COM - Baru-baru ini, pemerintah Ukraina mengajukan permintaan untuk memblokir game bernama "Atomic Heart" pada platform PlayStation, Xbox, dan Steam.
Alasannya, karena mereka menganggap game tersebut melecehkan dan menghina pahlawan perang dan korban tragedi Chernobyl. Namun, apakah permintaan tersebut benar-benar akan dilaksanakan?
"Atomic Heart" adalah game yang dikembangkan oleh studio indie asal Rusia, Mundfish. Game tersebut berlatar di era fiksi alternatif tahun 1955 di Uni Soviet dan mengisahkan petualangan seorang agen KGB bernama P-3. Walaupun belum dirilis secara resmi, game ini telah menjadi buah bibir di kalangan gamers.
BACA LAINNYA : Pokemon Sleep, Game yang Dapat Dimainkan Sambil Tidur
Tampaknya, Ukraina bukanlah negara pertama yang mengkritik game ini. Beberapa waktu lalu, Mundfish juga telah menerima kritikan dari beberapa pihak yang merasa konten game ini kurang sesuai dengan sejarah.
Namun, perlu diingat bahwa "Atomic Heart" merupakan game fiksi yang dibuat untuk hiburan semata.
Pertanyaannya sekarang, apakah blokir game tersebut merupakan tindakan yang tepat? Bagi para penggemar game, tentu hal ini menjadi sebuah kekecewaan karena mereka tidak bisa merasakan pengalaman bermain game yang diinginkan.
Namun, bagi pemerintah Ukraina, mereka merasa bahwa tindakan tersebut perlu dilakukan untuk menjaga kesucian sejarah negara mereka.
Namun, untuk memblokir game tersebut di platform-game besar seperti PlayStation, Xbox, dan Steam memang bukanlah hal mudah.
BACA LAINNYA: Soroti Kasus Pejabat Pamer Harta Kekayaan, Jokowi Singgung Kemenkeu
Terlebih lagi, game tersebut belum dirilis secara resmi dan belum diumumkan tanggal rilisnya. Oleh karena itu, apakah blokir tersebut akan terlaksana atau tidak masih menjadi pertanyaan besar.
Tentu saja, sebagai gamer, kita juga harus bijak dalam menghargai sejarah dan budaya dari setiap negara. Namun, pada akhirnya, keputusan untuk memblokir game tersebut atau tidak masih menjadi hak dari masing-masing pihak yang terlibat.
Semoga keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak dan tidak menimbulkan konflik yang lebih besar.
Editor : Cipto Aldi