PINUSI.COM - Meta, perusahaan di balik platform Facebook, WhatsApp, dan Instagram, telah meluncurkan model kecerdasan buatan terbaru mereka yang revolusioner, yakni SeamlessM4T.
Model AI ini memiliki kemampuan luar biasa untuk memahami dan menerjemahkan bahasa tulisan maupun suara ke hampir 100 bahasa berbeda.
Dengan fitur yang mencakup terjemahan suara ke teks, suara ke suara, teks ke teks, dan teks ke suara, SeamlessM4T diharapkan akan mengatasi hambatan bahasa dalam komunikasi lintas budaya.
Dalam pengumuman resminya pada Rabu, 23 Agustus 2023, Meta menjelaskan bahwa SeamlessM4T adalah singkatan dari "Massively Multilingual and Multimodal Machine Translation."
BACA LAINNYA: Threads Versi Web Meluncur Pekan Ini
Model AI ini merupakan yang pertama dalam kategori multibahasa dan multimodal yang memungkinkan pengguna berkomunikasi dengan mudah melalui teks dan suara dalam berbagai bahasa.
Salah satu fitur menonjolnya adalah kemampuannya untuk mengenali dan membedakan dua bahasa yang berbeda dalam satu kalimat, seperti Hindi, Telugu, dan Inggris dalam satu rangkaian ucapan.
Pembuatan model ini melibatkan penyelarasan lebih dari 443.000 jam pidato dan teks, untuk melatih SeamlessM4T dalam membuat transkrip ucapan, menerjemahkan teks, dan menghasilkan kalimat dari teks.
Selama proses pengembangan, Meta juga berfokus pada mendeteksi kata-kata sensitif dan meminimalkan bias gender dalam terjemahan.
BACA LAINNYA: WhatsApp Perbarui Fitur Pengiriman Foto HD, Pengguna Tidak Perlu Pakai Documents Lagi
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa model AI ini memberikan hasil terjemahan yang akurat dan tidak mengandung konten yang tidak diinginkan.
SeamlessM4T dianggap sebagai terobosan ambisius dari Meta, karena model ini mengintegrasikan berbagai kemampuan terjemahan dan transkripsi dalam satu entitas AI.
Dalam upaya untuk menghindari penyalahgunaan data, Meta menekankan bahwa data yang digunakan untuk melatih model ini berasal dari sumber terbuka atau berlisensi, dengan memperhatikan hak cipta.
Dengan peluncuran SeamlessM4T, Meta tampaknya serius menghadapi tantangan dalam komunikasi lintas bahasa, yang seringkali menjadi hambatan dalam era global ini. (*)