PINUSI.COM - Bakteri menjadi organisme kecil yang sering kali dianggap sebagai makhluk yang merugikan. Namun, siapa sangka ada bakteri super unik yang bisa memakan logam beracun dan bahkan menghasilkan tinja yang mengandung emas.
Terdengar aneh, ya, tapi itulah yang dilakukan oleh beberapa jenis bakteri yang ada di alam.
Bakteri yang mampu memakan logam beracun disebut sebagai bakteri reduktor logam. Mereka memiliki kemampuan unik untuk mengubah ion logam beracun, menjadi bentuk yang lebih aman dan bahkan dapat dimanfaatkan.
BACA LAINNYA: Fitur ‘StandBy’ di iPhone 15 yang Dinantikan Pengguna Setia, Ternyata Bawa Masalah
Bakteri ini biasanya hidup di lingkungan yang kaya akan logam, seperti tambang atau limbah industri, dan telah dipelajari untuk mempercepat proses pemurnian lingkungan yang tercemar logam berat.
Namun, ada satu jenis bakteri reduktor logam yang lebih unik lagi, yakni bakteri Cupriavidus metallidurans.
Selain mampu memakan logam beracun seperti nikel, kobalt, dan tembaga, bakteri ini juga mampu menghasilkan tinja yang mengandung emas!
BACA LAINNYA: Apple Ingatkan Bahaya Tidur Dekat iPhone yang Sedang Dicas, Bisa Kebakaran dan Cedera
Tinja emas ini terbentuk ketika bakteri memakan logam yang mengandung emas dan mengubahnya menjadi partikel emas yang kemudian dikeluarkan bersama kotoran.
Kandungan emas dalam tinja bakteri ini sangat rendah, hanya sekitar 0,5% dari berat kering tinja. Namun, penemuan ini tetap menarik perhatian para ilmuwan, karena dapat membuka jalan baru untuk pengolahan emas dari sumber yang tidak biasa.
BACA LAINNYA: Fitur ‘StandBy’ di iPhone 15 yang Dinantikan Pengguna Setia, Ternyata Bawa Masalah
Bahkan, para ilmuwan dari University of Adelaide, Australia, mencoba mengumpulkan partikel emas dari tinja bakteri ini, dengan harapan dapat mengembangkan metode yang lebih efektif untuk memperoleh emas dari sumber alam.
Bakteri reduktor logam seperti Cupriavidus metallidurans tidak hanya menarik perhatian para ilmuwan karena kemampuannya yang unik, tetapi juga karena potensinya untuk digunakan dalam industri dan lingkungan.
Dengan memanfaatkan bakteri ini, kita dapat mempercepat proses pemurnian lingkungan yang tercemar logam berat, memperoleh emas dari sumber yang tidak biasa, dan bahkan mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas industri.
Namun, seperti halnya dengan semua organisme hidup, penggunaan bakteri reduktor logam juga harus dilakukan dengan hati-hati.
Kita masih perlu mempelajari lebih lanjut tentang efek dari bakteri ini pada lingkungan dan manusia, serta cara terbaik untuk mengontrol dan memanfaatkannya.
Namun, penemuan tentang bakteri super unik ini tetap memberikan harapan dan inspirasi bagi ilmuwan dan masyarakat luas, untuk terus mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. (*)
Editor: Cipto Aldi