PINUSI.COM - ChatGPT, teknologi kecerdasan buatan dengan model pengolahan bahasa secara alami, menimbulkan kekhawatiran lantaran mulai digunakan di beberapa tempat kerja.
Perkembangan ChatGPT semakin melebar dan meluas seiring berjalannya waktu.
Beberapa pihak profesional pun menyarankan mengambil tindakan pencegahan di tempat kerja.
BACA LAINNYA: Google Lens Hadirkan Fitur Deteksi Kondisi Kulit, Cuma Perlu Masukkan Gambar
Berdasarkan laporan Glassdoor, survei yang dilakukan terhadap 9.305 profesional AS, mengungkapkan 80% responden tidak menyetujui adanya pembatasan penggunaan ChatGPT di tempat kerja mereka.
Sedangkan sebanyak 20% lagi menyetujui harus ada pembatasan penggunaan ChatGPT.
HRDive melansir, hanya 17% profesional berusia 21-25 tahun yang mendukung adanya pembatasan dan larangan, sedangkan profesional berusia 45 tahun ke atas hanya 28%.
Angka tersebut menunjukkan adanya perbedaan generasi dalam penerimaan AI.
Profesional HR menilai alat bantu AI ini akan memunculkan banyak pertanyaan, terkait praktik akuisisi talenta, masalah etika, serta berbagai kemunduran perekrutan.
Beberapa pihak juga memberikan peringatan terkait potensi dampak negatif dari adanya ChatGPT ini. Serta, menyuarakan keprihatinan terhadap teknologi AI yang berkembang dengan cepat, serta berkomitmen melindungi hak-hak sipil dan melawan adanya potensi diskriminasi. (*)
Editor: Yaspen Martinus