PINUSI.COM - Di dunia yang serba cepat saat ini, pendidikan merupakan faktor penting bagi keberhasilan individu dan masyarakat.
Namun, bagi banyak orang, terutama mereka yang berada di daerah terpencil atau kurang terlayani, akses terhadap pendidikan berkualitas tinggi masih merupakan tantangan yang berat.
Beranjak dari permasalahan ini, teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), hadir sebagai solusi efektif yang berpotensi mendemokratisasi dan merevolusi pendidikan.
Duolingo, sebuah aplikasi pembelajaran bahasa yang pertama kali diperkenalkan pada 2012, menggunakan AI untuk memperkaya pengalaman belajar, menyesuaikannya dengan kebutuhan unik setiap pengguna.
Integrasi AI dalam pendidikan, menjanjikan kehadiran pendidikan berkualitas bagi pelajar di seluruh dunia, terlepas dari latar belakang atau lokasi geografis mereka. Salah satu yang menjadi perhatian paling krusial adalah Indonesia.
Penerapan AI di Indonesia masih sangat minim, terutama di dunia pendidikan, karena memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti penerapan untuk generasi boomer, siswa menjadi malas, hingga penyandang disabilitas.
"Kami menggunakan teknologi AI yang canggih dan membuatnya sangat mudah diakses oleh semua orang dari segala usia dan tingkat kemampuan."
"Kami yakin, dengan AI, orang dapat lebih menikmati proses dalam mempelajari hal- hal baru."
"Sebagaimana yang terjadi beberapa dekade lalu dengan kalkulator, orang-orang merasa khawatir akan kehilangan keterampilan matematika."
"Namun, kami percaya, mengadopsi teknologi baru, termasuk AI, adalah langkah positif menuju masa depan pendidikan yang lebih inovatif," tutur Klinton Bicknell, Head of AI Duolingo.
Penerapan AI, tegas Bicknell, tidak dapat menggantikan peran guru atau lingkungan formal sejenisnya, dengan tatap muka sekalipun.
"AI tidak akan pernah menggantikan guru yang hebat."
"Namun, hingga semua orang di dunia memiliki akses yang sama terhadap guru-guru yang hebat, AI dan pembelajaran mesin memberikan kami kesempatan terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi semua orang yang membutuhkannya."
"Kami juga percaya pada kekuatan kemitraan dengan para guru yang menggunakan Duolingo dengan murid-murid mereka, baik di dalam maupun di luar kelas," imbuh Bicknell. (*)